YANG KECIL, YANG DIINDAHKAN
Maria berjalan, tubuh kecilnya seperti arus sungai yang tak terbendung. Ia menyeberangi bukit, membawa rahasia surga yang memilih rahimnya. Rahim yang sunyi, namun penuh gema cinta. Bukankah ini tanda? Bahwa Allah tidak mencari istana, melainkan gubuk sederhana di pinggir dunia.
Dalam langkah Maria, aku mendengar tarian semesta. Angin bertanya, “Mengapa engkau?” Dan Maria tersenyum: “Karena Dia melihat aku yang kecil, dan memilih aku, bukan untuk kemuliaan, tetapi untuk cinta.”
Dorothee Sölle, dalam Silent Scream, mengingatkan: Allah tidak berada di puncak menara, melainkan di debu jalan, di pelukan seorang ibu, di darah seorang anak yang lahir untuk mati. Maria adalah jerit yang tak terdengar, jerit para perempuan yang dipinggirkan sejarah. Namun jerit itu menjadi nyanyian Magnificat, di mana yang kecil ditinggikan, dan yang congkak dijungkirkan dari tahtanya.
Maria berdiri di tepi sungai waktu, menyaksikan arus kehidupan mengalir menuju salib, dan dari salib, ke kebangkitan. Yang kecil adalah pintu, melalui mereka, Allah masuk ke dunia.
Oleh :Pdt. Albertus M. Patty
Got something to say?