SELAMAT HARI NATAL!

Kita hidup dalam situasi yang ambigu. Artinya ini. Kadang kita semua merasakan pengalaman kesedihan. Lain waktu kita mengalami kegembiraan. Kedua pengalaman itu datang silih berganti. Saat sedih kita menangis dan meratap. Kita merasa tidak berdaya. Dunia menjadi sumpek. Segalanya menjengkelkan. Sering kita ingin sendirian. Sebaliknya, saat mengalami kegembiraan hati kita berbunga-bunga. Dunia menjadi lapang dan segar. Segalanya indah. Dan saat itu kita ingin sekali membagi kegembiraan itu kepada siapa pun, baik yang kita jumpai langsung atau yang melalui media sosial.

Perhatikanlah bagaimana orang meluapkan kegembiraan mereka melalui berbagai postingan via media sosial. Ada yang memposting anaknya yang baru lulus kuliah, anak pertama yang baru lahir, kenaikan pangkatnya, bukunya yang baru ditulis dan diterbitkan, pertemuan dengan pejabat tinggi tertentu, saat berliburan ke luar negeri, saat menikmati suite room kamar hotel mewah, saat menikah, dan sebagainya. Mereka membagikan kegembiraan yang dialami itu kepada orang-orang lain.

Ketika para gembala mendengar berita baik tentang kelahiran Yesus Kristus, ada dua aspek penting yang membuat mereka sangat bergembira. Pertama, kegembiraan para gembala bukan terutama karena Yesus lahir. Itu nanti! Mereka gembira karena pertama-tama mereka merasa sangat dihargai. Sebagai gembala yang secara sosial-ekonomi sangat lemah dan sering dipandang sebelah mata, sapaan malaikat di tempat mereka bekerja itu terasa seperti setitik air di gurun pasir. Para gembala itu bukan apa-apa. Bukan siapa-siapa! Tetapi, Tuhan melalui malaikat-Nya menyapa, menghargai dan menghormati mereka.

Kalau di India para gembala itu seperti kaum Dalit yang berkasta Sudra. Orang Dalit itu orang yang rendah dan direndahkan. Hanya dua profesi yang terbuka bagi mereka, yaitu sebagai petani atau sebagai pekerja penyedot ‘tinja’. Sama seperti kaum Dalit, para gembala adalah kaum ‘rendahan.’ Jadi, ketika malaikat memberitakan kelahiran Yesus, para gembala sangat gembira. Baru kali itulah mereka dimanusiakan. Baru kali itulah mereka di ‘treat’ sebagai orang penting. Melayang rasanya!

Ada yang menarik dari pengalaman para gembala ini. Apa? Para gembala merasakan pengalaman kehadiran Allah di saat mereka sedang bekerja. Artinya, pengalaman kehadiran Allah itu bisa dirasakan di manapun. Bisa di kampus, saat sedang menggeluti profesi di kantor, di arena bermain atau di tempat berolahraga, di tengah korban bencana alam, saat sedang berkendaraan, di taman yang sepi atau bahkan di tengah hiruk pikuk dan keramaian. Allah hadir dimana-mana. Omni Presence! Kita bisa mengalami kehadiran-Nya di manapun.

Aspek kedua yang membuat para gembala bergembira adalah ini. Para gembala itu merespons undangan malaikat Tuhan dengan mengunjungi bayi Yesus di Betlehem. Saat itu, Alkitab ceritakan, “mereka mendengar dan melihat sendiri” Sang bayi kudus, Yesus Kristus. Artinya, para gembala itu merasakan pengalaman perjumpaan dengan Allah. Para gembala bisa mengalami sendiri cinta kasih Allah yang nyata. Allah itu kasih. Kasih itu menembus batas dan halangan ‘imajiner’ yang memisahkan Allah dan manusia, serta memisahkan manusia dari sesamanya. Karena kasih, Allah mengambil inisiatif untuk menyapa kita semua di mana pun kita berada dan dalam situasi apa pun yang kita hadapi. Di dalam kasih-Nya, Allah hadir, menghampiri dan menyapa kita dengan lembut. Itulah Natal. Nikmatilah!

Pada kesempatan ini, Majelis Jemaat GKI Jl. Maulana Yusuf ingin mengucapkan “Selamat Hari Natal 2022”. Nikmati kehadiran dan sapaan Allah di mana pun anda berada!

 

Oleh : Pdt. Albertus M. Patty


No Replies to "SELAMAT HARI NATAL!"


    Got something to say?

    Some html is OK