SAAT KEBEBASAN JUSTRU MENAKUTKAN
Hannah Arendt dalam buku The Origins of Totalitarianism (1951) menyatakan bahwa dalam kondisi sosial yang tidak stabil, orangorang rela menyerahkan kebebasan mereka demi rasa aman dan kepastian. Tesisnya ini untuk menjelaskan mengapa banyak orang mendukung naiknya rezim totalitarian.
Orang lebih suka hidup dalam penindasan tetapi nyaman daripada hidup dalam kebebasan tanpa kejelasan. Banyak orang lebih memilih sistem yang menindas tapi stabil, ketimbang kebebasan yang membawa kekacauan atau ambiguitas. Naiknya pemerintahan bergaya totalitarian di berbagai negara menunjukkan gejala ini.
Injil Lukas menyinggung juga soal ini melalui kisah “Yesus Mengusir Roh jahat dari Orang Gerasa” (Lukas 8:26-39). Alkisah, seorang pria kerasukan ribuan roh. Ketika Yesus bertanya namanya, roh itu menjawab: “Namaku Legion.”
Ini menarik karena Legion adalah nama pasukan Romawi. Nama penjajah. Nama kuasa dunia yang otoriter dan menindas. Pria kerasukan Legion yang tidak berdaya itu menjadi lambang bangsa yang dirasuki ketakutan dan dijajah oleh kekuatan jahat yang besar. Ia hidup telanjang, di kuburan: terasing, hilang kemanusiaannya.
Injil Lukas sampaikan, Yesus datang dan memulihkannya. Yesus mengusir Legion, membebaskan tubuh dan jiwanya. pria itu dibebaskan.
Bagaimana reaksi masyarakat? Mereka tidak sukacita. Tidak ada syukur. Yang ada justru ketakutan dan merasa terancam. Mereka mengusir Yesus. Mereka lebih nyaman hidup dalam keteraturan meski dijajah, daripada hidup bebas tapi harus berubah. Jelas, bukan yang kerasukan saja yang terjajah. Masyarakat yang tampaknya ‘waras’ pun sudah terpenjara oleh rasa takut, rasa aman palsu, dan sistem yang tidak ingin diguncang.
Realitas Kita
Ini juga realitas kita! Ketika suara kebenaran datang menantang tatanan yang korup dan menindas, kita justru takut. Saat korban bersaksi, kita diam karena lebih aman membela stabilitas daripada membela yang lemah. Ketika suara protes yang kritis muncul, kita mencemooh dan mengusirnya. Banyak orang tidak ingin tatanan hidup yang ada terguncang. Mereka seperti burung dalam sangkar yang lebih suka terpenjara tetapi nyaman daripada menghirup kebebasan dalam ketidakpastian.
Erich Fromm dalam Escape From Freedom (1941) mengatakan “Kebebasan bisa menjadi beban yang menakutkan.” Alih-alih merangkulnya, banyak orang justru melarikan diri dari kebebasan karena takut akan tanggung jawab dan ketidakpastian yang menyertainya.
Pertanyaannya: ketika Tuhan mau membebaskan kita dari kuasa Legion, setan yang membelenggu dan membuat kita tidak berdaya, apakah kita siap diselamatkan dan dibebaskan atau kita akan berkata seperti orang-orang itu: “Yesus, pergilah dari daerah kami…”
Oleh : Pdt. Albertus M. Patty
Got something to say?