PERSEMBAHAN SYUKUR TAHUNAN DALAM HIDUP BERJEMAAT
Setiap tahun, dalam momen Pentakosta, seluruh anggota jemaat dan simpatisan GKI Maulana Yusuf diajak untuk mengungkapkan syukur melalui persembahan syukur tahunan. Hal ini bukanlah sekadar tradisi, bukan pula kewajiban administratif, melainkan momen spiritual yang mengingatkan kita akan dua hal penting: kesetiaan Tuhan dalam kehidupan kita, dan panggilan kita untuk hidup sebagai tubuh Kristus yang saling membangun.
Dalam Ulangan 16, Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk merayakan pesta panen dengan membawa persembahan “sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.” (Ul. 16:10). Syukur dalam Alkitab tidak hanya dimaknai sebagai rasa dalam hati atau kata di bibir, melainkan sebagai tindakan nyata. Syukur adalah respons umat kepada Tuhan yang setia — Allah yang membebaskan, memelihara, dan menyertai. Dengan demikian, persembahan syukur bukanlah ‘bayaran’ atas berkat, tetapi ungkapan kasih dari hati yang sadar bahwa segala sesuatu berasal dari-Nya. Kita memberi bukan karena Allah membutuhkan sesuatu dari kita, tetapi karena kita ingin meneladani hati Allah yang murah hati. Kita bersyukur bukan karena semuanya berjalan lancar, tetapi karena di tengah segala suka dan duka, Allah tetap hadir.
Persembahan syukur tahunan juga menjadi momen pembaruan iman. Dalam memberi, kita belajar melepaskan keterikatan pada milik kita, dan mempercayakan diri kepada Pemilik kehidupan. Dalam memberi, kita pun menjadi bagian dari karya Allah yang lebih besar — mendukung pelayanan, menjangkau sesama, dan memperlengkapi tubuh Kristus. Syukur bukan hanya ekspresi pribadi yang tertutup, melainkan perayaan iman yang melibatkan komunitas.
Hal ini juga menjadi semangat yang kita hidupi di GKI Maulana Yusuf. Sepanjang tahun, kita menyaksikan bagaimana pelayanan gereja berjalan bukan karena satu-dua orang saja, tetapi karena kesediaan banyak tangan dan hati yang memberi: waktu, tenaga, ide, perhatian, dan juga materi. Melalui persembahan syukur tahunan, kita mendukung program pelayanan anak, remaja, dewasa, lansia, pelayanan musik, multimedia, pendidikan, hingga karya di luar tembok gereja. Persembahan syukur tahunan menjadi bagian dari cara kita berkata: “Tuhan, Engkau setia memelihara hidupku. Maka, aku pun mau ambil bagian dalam memelihara kehidupan jemaat-Mu.” Mari kita mempersiapkan diri untuk dapat memberi yang terbaik kepada Tuhan.
Oleh : Pdt. Bernadeth Florenza da Lopez
Got something to say?