LETTING GO AND BEING FOR OTHER

Manusia selalu memiliki kecenderungan untuk mempertahankan sesuatu yang disukai dan yang membuatnya nyaman. Kecenderungan itu sudah ada sejak kita masih kanak-kanak, dan akan terus ada dalam sepanjang perjalanan hidup kita. Semakin dewasa, manusia semakin pandai dalam memilih kenyamanan-kenyamanan yang perlu diraih dan dipertahankan. Bentuknya bisa berbagai macam: kekuasaan, popularitas, kekayaan, dan lain sebagainya.

Berbeda dari kecenderungan kita yang ingin mempertahakan kenyamanan-kenyamanan diri, Tuhan Yesus justru berkenosis, mengosongkan diri. Apa wujud pengosongan diri Tuhan Yesus? Ia melepaskan apa yang semula dimiliki-Nya (letting go) dan kemudian memberi Diri bagi orang lain (being for other). Tuhan Yesus bersedia meninggalkan kemuliaan Ilahi-Nya dan menjadi sama dengan manusia. Bahkan dalam keadaan-Nya sebagai manusia pun, Ia tidak hidup sebagai seseorang yang kaya raya, mapan, dan berkuasa. Kristus memilih menjadi seorang manusia hamba; manusia yang memberikan hidup-Nya untuk melayani orang lain.

Sudah sejak lama orang-orang di sekitar-Nya kala itu mengharapkan pertolongan. Mereka tidak hanya ingin ditolong dari sakit penyakit, tetapi juga dari penjajahan Romawi yang selama ini membuat perasaan mereka sebagai umat pilihan Allah, terluka. Orang-orang Yahudi ingin Kerajaan Daud secara politis hadir kembali, dan sosok Yesuslah yang diharapkan dapat mewujudkannya! Mereka menyambut Yesus dan berteriak: “Hosana” yang artinya, “selamatkanlah kami!”

Tuhan Yesus memang bertindak sebagai Penyelamat, tetapi bukan dalam arti politis. Tuhan Yesus menyelamatkan manusia, jauh pada akar permasalahan yang ada, yaitu ketertundukan manusia pada kuasa dosa. Demi tujuan tersebut, Kristus rela mengosongkan diri-Nya dan hadir di tengah-tengah penderitaan umat manusia.

Saudara-saudara, kenyamanan macam apakah yang sedang kita kejar dan kita pertahankan habis-habisan saat ini? Adakah ruang di hati kita telah kian sempit oleh ambisi dan kepentingan diri kita sendiri? Seperti Kristus, kita pun dipanggil untuk belajar mengosongkan diri. Pengosongan diri adalah sebuah proses melepas dan memberi, letting go and being for other: melepas bentuk-bentuk kenyamanan yang egois dan berusaha merangkul yang lain untuk terhisap masuk ke dalam hati kita. Itulah yang telah Tuhan Yesus lakukan. Ia bersedia untuk mengosongkan Diri, sehingga kita semua dapat masuk ke dalam hati-Nya yang Mulia itu.

“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”
(Filipi 2:5-7)

 

Oleh : Pdt. Bernadeth Florenza da Lopez


No Replies to "LETTING GO AND BEING FOR OTHER"


    Got something to say?

    Some html is OK