KELUARGA YANG DIPULIHKAN ALLAH

Kintsugi adalah seni memperbaiki tembikar yang pecah di Jepang. Jika sebuah mangkuk pecah, alih-alih membuang pecahannya, pecahan-pecahan tersebut disatukan kembali dengan lem seperti getah pohon dan retakan-retakannya dihiasi dengan emas. Teknik kintsugi ini telah dilakukan selama ratusan tahun di Jepang. Para sejarawan percaya bahwa teknik kintsugi telah dilakukan sejak abad ke-15. Hingga masa kini, teknik kintsugi pun masih digunakan. Selain memiliki fungsi estetika, kintsugi juga menyiratkan nilai-nilai filosofi dalam hidup. Nilai-nilai yang terkandung dalam kintsugi berkaitan dengan filosofi Jepang ‘wabi-sabi’, yang menyerukan untuk melihat keindahan dari yang tidak sempurna. Teknik kintsugi juga lahir dari konsep ‘mottainai’ atau perasaan menyesal ketika menyia-nyiakan sesuatu, juga konsep ‘mushin’ atau penerimaan akan perubahan. Secara reflektif, kintsugi dapat memberikan perenungan bahwa meskipun seseorang telah jatuh dan hancur, kemungkinan untuk bangkit tetaplah terbuka. Seperti pecahan-pecahan tembikar, diri seseorang yang hancur karena luka dapat berpulih dan bahkan menjadi diri yang lebih baik dari sebelumnya.

Di dalam hidup keluarga, ada kalanya kita saling melukai. Akibatnya, hubungan di antara anggota keluarga mengalami keretakan dan para anggota keluarga pun mengalami perasaan yang rapuh bahkan hancur. Namun, dari segala keterpurukan, Allah sanggup untuk menghadirkan pemulihan. Bahkan ketika segala hal tampak tidak lagi berguna, Allah berkuasa untuk membuatnya menjadi baru. Seperti tembikar pecah yang kembali disatukan dan dihias dengan emas, demikianlah sesuatu yang hancur berantakan dalam kehidupan kita dapat diubah oleh kasih-Nya menjadi sesuatu yang indah dan berharga.

Injil di Minggu ini bercerita tentang seorang pengemis yang buta bernama Bartimeus (Mrk 10:46-52). Kesehariannya yang kerap berada di jalan, membuat Bartimeus banyak mendengar tentang sosok Yesus. Ia memang tidak pernah melihat-Nya, tetapi melalui pendengaran, telah tumbuh iman dalam hati Bartimeus pada Yesus. Ia bahkan memanggil Yesus sebagai Anak Daud- sebutan bagi Mesias yang dipercaya akan datang. Sekalipun orang banyak sempat menegurnya, Bartimeus akhirnya bisa berjumpa dengan Yesus. Di hadapan Bartimeus, Tuhan Yesus bertanya, “Apa yang kaukehendaki Kuperbuat bagimu?” Dan Bartimeus menjawab, “Rabuni, aku ingin dapat melihat!” Dan setelah itu, ia pun dapat melihat dan mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.

Kepada kita, Allah di dalam Yesus Kristus juga menawarkan kesempatan untuk mengalami pemulihan. Ia mengerti keadaan kita dan berkuasa untuk menolong kita. Seperti Bartimeus, tugas kita adalah memercayai Dia dan mengenali kehadiran-Nya dalam seluruh keterbatasan diri kita. Tetaplah setia untuk mengikut Yesus dalam segala musim kehidupan yang ada. Pemulihan yang kita harapkan mungkin tidak terjadi secara instan atau tiba-tiba. Namun, saat kita tetap percaya dan mengarahkan hati kepada Tuhan, Ia pasti bekerja untuk mendatangkan kebaikan. Mari menikmati proses Allah untuk membentuk kita menjadi pribadi dan keluarga yang indah di dalam Dia! Tuhan menolong.

 

Oleh : Pdt. Bernadeth Florenza da Lopez


No Replies to "KELUARGA YANG DIPULIHKAN ALLAH"


    Got something to say?

    Some html is OK