JALAN PINTAS vs JALAN TAAT

Tentu banyak di antara kita yang tahu tentang cerita Doraemon, si robot kucing yang memiliki kantong ajaib. Doraemon punya sahabat dekat yang bernama Nobita.

Nobita adalah seorang anak yang malas dan kurang sabar. Jika menginginkan sesuatu, maunya cepat mendapatkan tanpa mau mengalami kesulitan. Tentu saja dia bisa mendapatkannya, karena Doraemon, sahabat baiknya itu memiliki kantong ajaib yang bisa mengeluarkan benda-benda yang diinginkan Nobita.

Sayangnya, Nobita sering gagal mempergunakan dengan baik benda-benda yang ia terima, karena dia memang belum siap secara mental, sehingga hasilnya adalah kekecewaan. Di samping itu, keberadaan Doraemon dengan kebaikan-kebaikannya itu membuat Nobita tidak bisa hidup mandiri.

Cerita ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap keinginan yang diperoleh dengan cara instan, cenderung menghasilkan kekecewaan dan menjerumuskan. Sekalipun jalan pintas tidak selalu merupakan dosa; namun mentalitas jalan pintas berpotensi besar membawa orang ke jalan dosa.

Lihatlah pengalaman dua anak perempuan Lot (Lihat Kejadian 19:32, “Marilah kita beri ayah kita minum anggur, lalu kita tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.”) Demi menyambung keturunan, mereka menempuh jalan pintas. Mereka membuat sang ayah mabuk, lalu tidur dengannya. Benar saja, mereka mengandung. Melahirkan bapa leluhur bangsa Amon dan Moab, yang tidak mereka ketahui adalah kedua bangsa ini nantinya akan menjadi penentang bagi umat Allah dalam perjalanan menuju Kanaan (lihat Ulangan 23:3-4).

Lalu bagaimana dengan jalan ketaatan? Sangat tidak populer dan banyak dihindari orang karena sudah pasti jalan itu sempit dan berliku harus dicapai dengan susah payah. Untuk sukses, orang harus mau berproses, kerja keras, dan disiplin. Tidak ada kamus bim salabim.

Jalan ketaatan adalah jalan dimana orang harus memahami dan menjalani suatu proses melalui tahapan-tahapan dengan taat, tekun, serta setia. Tidak banyak orang yang berada pada jalan ini dan Yesus dalam kerangka mencapai tujuan karya penyelamatan terhadap manusia, bukan jalan pintas yang diambil oleh Yesus meskipun Yesus penuh dengan kuasa dan mampu melakukan apa saja.

Yesus tidak mau mendengar nasihat para simpatisan pengikut-Nya dari kalangan orang Farisi agar meninggalkan wilayah kekuasaan Herodes (Lukas 13:31), bukan karena Ia ingin gagah-gagahan dan merasa hebat. Hanya, bukan jalan pintas yang Ia ambil. Hebatnya penderitaan yang akan terjadi pada diri-Nya tidak sedikitpun membuat-Nya bergeming pada komitmen pribadi-Nya. Dia tahu bahwa dibalik jalan pintas itu ada jerumus yang mengakibatkan gagalnya rancangan karya agung penyelamatan manusia. Karena itu Ia berkata, “Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.” (Lukas 13:33) Kapanpun, penderitaan, salib, dan kematian harus Ia jalani, itu sudah ditetapkan sesuai kehendak Allah Bapa. Waktunya akan segera tiba, di mana Ia harus menuntaskan misi-Nya untuk keselamatan umat manusia.

Setiap hari, kita akan selalu diperhadapkan pada pilihan antara jalan pintas dan jalan taat. Jalan pintas memang menggiurkan, tetapi jalan taat bisa membawa orang pada keselamatan kekal.

 

Oleh : Pdt. Wee Willyanto


No Replies to "JALAN PINTAS vs JALAN TAAT"


    Got something to say?

    Some html is OK