A COMPASSIONATE GOD!
Mengapa Allah peduli pada dunia ini? Jawabnya karena Allah mengasihi dunia ini. Meister Eckhard, seorang teolog Jerman, bahkan bicara lebih lugas. Eckhard bilang bahwa Allah bukan sekedar mengasihi dunia tetapi Allah memiliki compassion terhadap dunia. A compassionate God! Orang pun bertanya apa beda kasih dan compassion? Sebenarnya artinya sama, tetapi Eckhard membedakannya karena kadang kasih menjadi terlalu sentimentil. Hanya pada perasaan saja. Orang bisa berbuih-buih bicara tentang kasih, tanpa aksi. Orang bisa menyatakan bahwa tanpa dia aku bakal mati. Ternyata hanya gombal di mulut. Orang juga sering menyatakan kasih tanpa keterlibatan. Suami memberi uang kepada istri dan anak-anaknya, tetapi tanpa menyediakan waktu untuk sekedar berbincang dan bercengkrama dengan mereka. Kasih sering dipraktekkan tanpa keterlibatan.
Nah, compassion sebaliknya. Compassion adalah tindakan yang muncul dari semangat menggebu untuk terlibat bersama dengan mereka yang menderita. Dalam keterlibatan dan kebersamaan itu, orang yang compassion merasakan penderitaan, kekhawatiran, ketakutan, dan frustrasi orang yang hendak ditolongnya. Orang yang memiliki compassion langsung melibatkan diri, beraksi bersama yang menderita demi keselamatan mereka. Deritamu adalah deritaku. Takutmu adalah takutku. Cemasmu adalah cemasku. Kebahagiaan dan sukacitamu adalah kebahagiaan dan sukacitaku. Jadi, titik penting dari compassion adalah kesediaan untuk melibatkan diri bersama dengan yang mereka yang menderita. Nah, inilah yang dinyatakan Allah melalui peristiwa Natal. Dalam peristiwa natal nyatalah bahwa Dia adalah A compassionate God!
Siapa Allah?
Natal menunjukkan bahwa Allah yang kita sembah bukanlah Deus Otiosus, Allah yang pasif dan apatis. Allah yang apatis tidak peduli dengan persoalan apa pun yang terjadi dengan manusia dan dunia ini. Allah yang pasif adalah Allah yang setelah mencipta, tidak mau ikut campur dengan ciptaan-Nya. Allah yang pasif dan apatis adalah Allah yang tidak akan mendengar teriakan dan tangisan umat manusia dan bumi yang menderita. Dunia berjalan tanpa campur tangan Allah. Allah yang kita sembah bukanlah A contemplated God yang kerjanya hanya merenung-renung sendirian tanpa action. Allah yang kita sembah adalah A Compassionate God, Allah yang bekerja dan terlibat langsung bersama dan di tengah kita.
Natal juga menunjukkan bahwa Allah yang kita sembah bukanlah Allah yang masochis, yang senangnya hanya dipuja-puji. Allah yang masochis menuntut ketaatan umat dengan kesediaan untuk selalu menyembah-Nya. Allah yang masochis adalah Allah yang duduk diam saja disinggasana-Nya sambil menikmati nyanyian pujian dan persembahan umat-Nya. Allah yang masochis adalah Allah egois yang hanya mencari kesenangannya sendiri. Betapa seringnya kita memperlakukan Allah seolah Dia Allah yang masochis yang menuntut dipuja, disembah, dan dimuliakan melalui nyanyian dan uang. Padahal Allah yang kita sembah bukanlah Allah yang masochis.
Natal juga menunjukkan bahwa Allah yang kita sembah bukanlah Allah yang sadis, yang datang ke dalam dunia ini untuk menghukum dan merajam mereka yang melawan kehendak-Nya. Allah yang sadis adalah Allah yang tidak bisa menerima kelemahan kita. Dia akan selalu menghukum dan bahkan mengutuk mereka yang berdosa kepada-Nya.
Kepeduliaan Allah
Natal adalah saat kita merayakan A compassionate God, Allah yang peduli pada manusia dan dunia ini. Kepedulian Allah dinyatakan dengan kehadiran dan keterlibatan-Nya di tengah kita. Allah dalam Yesus hadir dengan merasakan kerapuhan dan kelemahan manusia. Dia lahir bukan sebagai Raja yang jauh dari rakyatnya, tetapi sebagai manusia biasa yang dekat dengan semua orang, termasuk dekat dengan anda juga. Dalam kedekatan-Nya itu Allah merasakan apa yang ada rasakan. Allah tahu pergumulan dan persoalan anda. Allah melibatkan diri-Nya untuk menyelamatkan kita semua. Natal juga menunjukkan bahwa cara kita menyembah Allah haruslah mengikuti apa yang Allah sudah lakukan yaitu menjadi A compassionate people yang melibatkan diri di tengah penderitaan manusia dan dunia yang Allah cintai. Itulah sebabnya, natal harus kita rayakan dengan penuh sukacita. Mulailah tersenyum dan menatap hari depan dengan gembira karena Allah bersama kita, tetapi mulai juga menjadi berkat bagi sesama dan dunia yang Allah cintai ini.**
Oleh : Pdt. Albertus M. Patty
Got something to say?