LARUT TANPA TERHANYUT
Dalam sebuah percobaan, seseorang memasukkan katak ke dalam sebuah panci yang sudah diberi air, dan ditaruh di atas kompor. Katak itu terlihat begitu nyaman berada di situ. Begitu juga, ketika kompor dinyalakan, air mulai berubah menjadi hangat, si katak masih tetap diam. Bahkan sampai air itu mendidih, si katak tetap tidak mau beranjak dari situ, sampai akhirnya katak mati tanpa menyadari bahwa yang semula dianggapnya nyaman telah menjadi penyebab kematiannya.
Tidak jarang, rasa nyaman berada di satu komunitas tertentu membuat kita tidak mau berubah, sampai akhirnya kita tidak menyadari telah terhanyut di dalamnya.
Itulah yang terjadi pada para tetangga orang buta yang telah disembuhkan Tuhan Yesus. Alih-alih ingin menggali pengalaman spiritual kesembuhannya, mereka justru merasa aneh mengapa orang yang buta sejak lahir bisa sembuh seketika, hanya karena adukan tanah yang dioleskan ke matanya.
Lalu mereka membawanya ke orang-orang Farisi. Ia ditanya mengapa hal itu bisa terjadi. Orang yang sudah bisa melihat itu menjawab bahwa yang melakukannya adalah Yesus. Dan kebetulan peristiwa itu terjadi di hari Sabat. Sama seperti para tetangga orang yang telah melihat itu, alih-alih percaya pada mujizat yang diperbuat Yesus, mereka lebih fokus soal aturan Sabat, dengan berkata, “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” Dan orang yang disembuhkan itu diusir dari lingkungannya.
Kita memang butuh komunitas sebagai tempat untuk kita bertumbuh, bergaul, bercengkrama dan menemukan jadi diri. Tetapi, kenyamanan berada di komunitas di mana pun kita berada janganlah membuat kita lengah. Perhatikan ikan di laut tidak menjadikannya asin. Namun laut tanpa ikan, akan menjadi tak berarti apa-apa.
Kita semua dipanggil Tuhan untuk memberi “keindahan” pada lingkungan di mana kita tinggal, tanpa terhanyut pada hal-hal yang buruk. Kita bisa menjadi terang jika kita mau. Atau kita bisa memberi rasa yang baik jika kita mau. Dan satu hal yang perlu kita ingat, bila hidup kita tidak memberi dampak apapun bagi kehidupan orang lain, itu bukanlah kehidupan yang layak untuk kita jalani.
Oleh : Pdt. Wee Willyanto
Got something to say?