YESUS MENERIMA ORANG BERDOSA

Masa itu, orang Farisi dan Ahli Taurat heran melihat keberadaan orang-orang berdosa di sekitar Yesus, yang ikut mendengarkan pengajaran-Nya (Lukas 15:1-2). Maka Yesus menyampaikan perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15:11-32).

Dalam perumpamaan itu, ada kontras antara sikap si bapa dan si anak sulung dalam menyambut kembalinya si anak bungsu. Sang bapa begitu antusias. Gambaran bahwa si bapa telah mengenali si bungsu walau masih jauh, seolah memperlihatkan bahwa si bapa selalu menanti-nantikan si bungsu. Ia sering keluar pintu rumah, melihat ke jalan, berharap si bungsu suatu saat ingat untuk pulang. Tak heran, ketika si bungsu pulang, ia berlari, lalu memeluk dan mencium anaknya itu. Penantiannya terjawab. Ia tidak peduli si bungsu datang dengan pakain lusuh dan compang-camping dan bukan dalam gemerlap kesuksesan di perantauan. Si bapa tidak menolak si bungsu, meski datang dalam keadaan miskin dan memalukan.

Terlihat, bahwa sikap si bapa yang aktif menyambut, mendorong respons pertobatan si bungsu. Bapa pun menerima dan memulihkan. Namun, bagaimana sikap si sulung ketika mendengar kepulangan adiknya? Ia menyambutnya dengan amarah yang memuncak. Adiknya dianggap tak tahu diri telah meminta hak warisnya, padahal si bapa masih hidup. Apalagi ayahnya menyambut adiknya dengan mengadakan pesta meriah atas kepulangan orang yang sulit dia sebut sebagai adik.

Biasanya, kita melihat diri sebagai si bungsu yang cari kesenangan, lalu jatuh ke jurang sengsara. Si bapa mau menerimanya apa adanya, bahkan bersukacita menyambutnya kembali ke dalam pelukannya. Suatu gambaran kasih Allah yang tak terbatas dalam menerima kembali anak yang hilang dan memberi pengampunan.

Namun, pernahlah kita menyorot diri kita sebagai anak sulung, yang merasa selalu taat dan benar? Ini bukan hanya masalah Orang Farisi dan Para Ahli Taurat, mungkin saja kita termasuk di dalamnya. Kita memandang orang lain berdosa, dan ukuran kekudusan adalah tidak berteman dengan pendosa. Padahal Yesus sering berada di antara dan bersama orang berdosa.

Sikap si sulung adalah kita yang sekalipun seseorang sudah bertobat, tetapi tidak mau menerimanya. Kita masih mengungkit dosa-dosanya, dan tanpa menyadari bahwa kita menjadi orang yang terhilang, karena menolak orang yang mau bertobat.

Sikap si sulung merupakan contoh orang yang tidak mau menjangkau orang yang terhilang. Kita akan dijauhi oleh mereka karena kita sendiri telah menjauhi mereka. Jika kita memahami anugerah Allah, kita akan menyambut yang terhilang seperti Allah menyambut mereka. Kita juga sebelumnya berdosa, hanya kemudian kita menerima kasih karunia Allah. Maka marilah kita memiliki pikiran Kristus yang menerima setiap pendosa, seperti Dia juga telah menerima kita.

 

Oleh : Pdt. Wee Willyanto


No Replies to "YESUS MENERIMA ORANG BERDOSA"


    Got something to say?

    Some html is OK