KELUARGA YANG MENGAKUI KUASA ALLAH

Apakah Saudara percaya bahwa Allah adalah Pribadi yang penuh dengan kuasa? Sebagian besar dari kita mungkin menjawab “ya”. Kita percaya bahwa Allah sungguh Mahakuasa. Dalam kuasa-Nya itu, Ia telah menciptakan dunia dan segala isinya. Hikmat-Nya melampaui akal dan pikiran manusia, serta rancangan-Nya sungguh tidak terselami. Demikianlah Pemazmur berujar, “Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa.” (Mazmur 77:15).

Sayangnya, kita yang mengaku percaya akan kuasa Allah, dapat saja bersikap menutup diri dari pekerjaan-pekerjaan yang Allah nyatakan. Demikianlah dalam bacaan Injil hari ini (Matius 21:23-32), imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi menolak untuk percaya akan kuasa Allah yang hadir dalam diri Tuhan Yesus. Sebaliknya, mereka justru mempertanyakan otoritas Tuhan Yesus dalam melakukan pelayanan-Nya. Para pemuka dan tua-tua Yahudi merasa bahwa Tuhan Yesus tidak berhak melakukan semua yang saat itu Ia lakukan. Pengagungan orang banyak saat Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem hanya layak diberikan kepada seorang Raja (Matius 21:8-9). Penyembuhan orang sakit dan pengampunan dosa adalah hak Allah. Aktivitas mengajar dan mengatur Bait Allah merupakan hak pemuka agama. Terhadap semua hal itu, para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi justru merasaterusik dan terganggu ketimbang percaya dan bertobat! Hasrat untuk mengamankan posisi diri sendiri telah membuat mereka kehilangan kepekaan akan kehadiran dan kuasa Allah yang nyata dalam diri Yesus Kristus.

Mengakui kuasa Allah tidak hanya berarti mempercayai bahwa Ia ada. Lebih dalam daripada itu, mengakui kuasa Allah berarti bersedia untuk membuka diri dan mau hidup dipimpin oleh otoritas-Nya. Mengakui kuasa Allah mendorong kita untuk bersedia mengoreksi diri serta taat dalam mengikuti bimbingan-Nya. Seperti seorang anak yang dituntun berjalan melewati malam gelap oleh orangtua yang mengasihinya, demikianlah tangan Tuhan yang penuh kuasa akan menuntun langkah orang-orang yang berharap kepada-Nya.

Pengakuan akan kuasa Allah juga harus kita hayati dalam hidup keluarga. Mengakui bahwa Allah berkuasa atas keluarga, akan mendorong para anggota keluarga untuk tidak bersikap saling menuntut dan merasa diri paling benar, melainkan mau untuk mengoreksi diri dalam kehendak Tuhan. Keluarga yang mengakui kuasa Allah tercermin dari upaya untuk belajar mendengar satu sama lain dan saling memperhatikan di antara para anggotanya. Bersama Allah yang senantiasa menyertai kita, marilah kita terus bertumbuh menjadi keluarga-keluarga yang menyatakan kuasa dan kasih-Nya!

 

Oleh : Pdt. Bernadeth Florenza da Lopez


No Replies to "KELUARGA YANG MENGAKUI KUASA ALLAH"


    Got something to say?

    Some html is OK