WASPADA MENGHINDARI CELAKA!
Di sebuah desa kecil, ada seorang petani yang menanam kebun yang indah di tanahnya. Setiap pagi, ia memeriksa kebunnya dengan seksama, memupuk tanaman, menyiraminya, dan merawatnya penuh perhatian. Tetangga-tetangganya terkesan dengan kebunnya yang subur.
Suatu hari, sang petani memberitahu tetangganya bahwa ia akan pergi ke kota beberapa hari untuk beberapa urusan. Mereka bertanya, “Kapan kamu akan kembali?” Sang petani hanya tersenyum dan berkata, “Saya tidak tahu kapan saya akan kembali, tetapi saya berharap ketika saya kembali, kebun ini akan tetap dalam kondisi baik.”
Tetangga-tetangga heran, “Bagaimana mungkin kamu meninggalkan kebunmu begitu saja tanpa mengetahui kapan akan kembali?” Petani itu menjawab, “Saya telah melakukan semua yang bisa saya lakukan untuk kebun ini. Sekarang, saya berharap dan percaya bahwa dengan kondisi yang telah saya buat, kebun akan terus tumbuh dengan baik bahkan ketika saya tidak ada.”
Injil Markus berbicara tentang tanda-tanda kedatangan Kristus dan peringatan untuk tetap waspada. Pesan utama Markus 13:24-37 adalah kesiapan kita dalam menyambut kedatangan anak manusia yang tidak terduga. Kita tidak tahu kapan kedatangan Kristus akan terjadi, jadi kita harus selalu setia, siap, serta waspada. Sambil menantikan kedatangan Kristus, kita harus seperti tanaman dalam kebun milik petani di atas. Kita harus berakar kuat, bertumbuh besar dan berbuah lebat dan nikmat bagi kemuliaan nama-Nya.
Tantangan Kita
Salah satu tantangan terbesar dalam menjaga kewaspadaan dan kesiapan adalah ini. Kita terjebak dalam kesibukan dan kenyamanan dunia sehari-hari. Akibatnya, kita lengah. Kita terbuai. Beberapa hal ini harus diwaspadai:
- Kehidupan yang Sibuk
Rutinitas yang padat, tuntutan pekerjaan, dan berbagai aktivitas yang menyita waktu sering membuat seseorang kehilangan fokus terhadap hal-hal yang lebih spiritual atau kesiapan akan hal-hal yang bersifat kekal. Rutinitas membuat kita mengabaikan dan melupakan Tuhan. - Kenyamanan yang Berlebihan
Ketika seseorang hidup dalam kenyamanan yang berlebihan, bisa jadi sulit bagi mereka untuk merasa perlu atau memprioritaskan hal-hal yang lebih besar dari kehidupan sehari-hari. Kenyamanan sering melengahkan. Padahal kita semua sangat rapuh. Bahaya selalu mengancam dimana-mana. Kita seperti orang yang mengendarai mobil di jalan raya. Sedikit saja lengah, kita bisa hancur berantakan. - Ketidaktahuan akan Pentingnya Spiritualitas
Beberapa orang mungkin tidak menganggap penting untuk waspada terhadap masa depan spiritual atau merasa bahwa hal tersebut bukanlah prioritas dalam kehidupan mereka. Ini adalah bahaya terbesar karena hidup kita seperti sebuah ujian kehidupan. Bila kita tidak siap, kita akan gagal dalam ujian kehidupan. Kita butuh Tuhan agar kuat menghadapi ujian kehidupan ini. - Kelelahan dan Keletihan
Jika seseorang terlalu lelah secara fisik atau emosional, mereka mungkin kehilangan semangat untuk menjaga kewaspadaan mereka dalam hal-hal yang bersifat spiritual. Kelelahan sering menjadi alasan bagi kita untuk menyediakan waktu khusus menjalin hubungan dengan Tuhan dalam saat teduh dan doa. Efeknya, spiritualitas kita menjadi dangkal. - Pemikiran yang Terlalu Duniawi
Kesenangan dunia atau kesenangan sesaat sering kali mengalihkan perhatian dari hal-hal yang bersifat abadi, membuat seseorang terlena dalam hal-hal yang bersifat jangka pendek. Banyak orang mengalami sakit rabun spiritual. Hanya bisa melihat dan bertindak untuk jangka pendek dan sering mengabaikan efek jangka panjang yaitu kekekalan di dalam Tuhan.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, penting bagi kita memprioritaskan kehidupan rohani, menyediakan waktu refleksi dan doa, serta membangun kesadaran akan pentingnya kesiapan rohani. Menemukan keseimbangan antara kehidupan sehari-hari dan perhatian terhadap hal-hal yang bersifat kekal dapat membantu seseorang tetap waspada dan siap sedia.
Oleh : Pdt. Albertus M. Patty
Got something to say?