TANDA IMAN DAN KASIH
Kisah penguburan Yesus oleh Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus ini sungguh menyejukkan hati kita. Bila dalam hari-hari sebelum ini kita diperhadapkan pada hingar-bingar suara-suara penuh kebencian dan kemarahan, kini dalam keteduhan sesudah kematian Yesus, kita menyaksikan ungkapan iman dan kasih tak terperikan. Kematian-Nya terjadi dengan cara teramat keji dan hina, kini penguburan-Nya adalah dengan cara teramat mulia dan terpuji. Ia dikuburkan di dalam kubur yang baru di sebuah taman. Sebelum dikuburkan, mayat Yesus dibalut dengan kain kafan dan diurapi dengan rempah-rempah. Itulah penghormatan yang Yesus terima saat Ia wafat.
Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus yang melakukan penghormatan tersebut. Keduanya, menurut catatan Yohanes, adalah murid-murid yang diam-diam menyembunyikan identitas mereka (Yohanes 19:38). Ketika Yesus masih hidup, terutama nama Yusuf dari Arimatea tidak pernah muncul sedangkan nama Nikodemus sempat muncul tetapi kemudian tidak ada diceritakan lagi.
Bisa jadi, mereka tidak pernah memiliki keberanian menyatakan kepercayaannya. Keduanya mungkin adalah tokoh agama atau tokoh masyarakat yang kedudukannya membuat mereka sulit untuk mengaku secara terbuka sebagai pengikut Yesus. Hal ini diisyaratkan oleh kisah Nikodemus yang diam-diam di malam hari datang menjumpai Yesus (Yohanes 3). Tetapi, iman dan kasih tak akan pernah seterusnya dapat disembunyikan dan bersifat rahasia. Ketika Yesus sudah wafat, para murid yang semasa hidup-Nya berterus terang mengikuti Dia, menghilang. Mereka tidak terlihat. Mungkin mereka bersembunyi karena ketakutan. Namun berbeda dengan Yusuf Arimatea dan Nikodemus, mereka berani menampilkan diri, meminta kepada Pilatus agar diijinkan menguburkan mayat Yesus.
Mereka tidak lagi peduli bahwa kedudukan mereka menjadi taruhan. Mereka tidak merasa bahwa dengan menunjukkan kasih mereka, nyawa mereka terancam. Sekian lama mungkin mereka diam-diam menjadi pengamat dan orang percaya yang mengambil jarak. Kini sesudah kematian Yesus terjadi, hidup Yesus yang telah dicurahkan bagi mereka juga yang akhirnya membangunkan iman dan kasih itu dari persembunyiannya.
Berapa lama kita telah menjadi pengikut-Nya ? Menjadi murid secara diam-diam tidak sama dengan berpura-pura bukan murid Yesus. Kekhawatiran dan ketakutan yang menyebabkan orang tidak berani terbuka menyaksikan imannya akhirnya akan dikalahkan oleh kesadaran akan besarnya pengorbanan Kristus untuknya.
Selamat Paskah. Kiranya kita terus berani bersaksi tentang Kristus melalui sikap dan pola hidup kita sesehari. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Oleh : Pdt. Wee Willyanto
Got something to say?