SOLIDARITAS YESUS & SOLIDARITAS KITA
Dunia sedang tidak baik-baik saja. Indonesia pun sedang tidak OK! Kita mulai memasuki krisis ekonomi. International Monetary Fund atau Dana Moneter Internasional (IMF) melalui World Economic Outlook mencatat tingkat pengangguran di Indonesia sebesar 5,2% pada April 2024.
Artinya, dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, pengangguran di Indonesia mencapai angka tertinggi. Sekarang ini tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 7,2 juta orang. Luar biasa banyak. Padahal ada angkatan kerja baru yang siap juga sedang akan cari kerja.
Beberapa tahun belakangan ini pekerja tekstil yang di-PHK berjumlah kurang lebih 1 juta orang. Wilayah Jabar paling terkena dampaknya. Efek PHK massal ini berdampak pada kurang lebih 10 juta orang. Mereka adalah istri dan anak-anak, tukang ojek, tukang warung di sekitar perusahaan, pengusaha kos, dan sebagainya. Data di atas baru dari industri tekstil saja. PHK dari industri lain pun pasti banyak.
Apa artinya? Artinya, kita sedang memasuki krisis ekonomi. Efeknya adalah banyak orang yang stress, khawatir, panik dan frustrasi karena kehilangan penghasilan utama. Efek lain yang harus diwaspadai adalah ini. Krisis ekonomi selalu meningkatkan angka kriminalitas.
Apa penyebab krisis ekonomi? Banyak! Berbagai elemen berkelindan. Kita terimbas krisis global atau karena mismanajemen. Tetapi faktor lain adalah meningginya tingkat korupsi para pejabat dan birokrat. Para pejabat, dari hulu sampai hilir, ramai-ramai merampok dana rakyat. Mereka memperkaya diri dengan cara immoral.
Efeknya, banyak orang kehilangan kepercayaan terhadap institusi pemerintah dan terhadap para pemimpinnya. Kita tidak akan mengulik soal ini. Kita akan bersikap lebih positif. Daripada mengutuki kegelapan, lebih baik menyalakan lilin yang menerangi kegelapan. Pertanyaan terpenting adalah: apa yang harus kita lakukan?
Solidaritas Yesus
Cerita Yesus memberi makan lima ribu orang adalah cerita tentang solidaritas Yesus kepada ribuan orang yang mengikutiNya. Orang yang mengikutiNya berasal dari berbagai desa dan kota, dan dari segala bangsa. Mereka ingin memperoleh kesembuhan dan pemulihan. Kesempatan ini sangat jarang terjadi karena tidak selalu Yesus berada di sana.
Meski letih dan lapar, orang banyak, terutama yang belum sempat terlayani, terus mengikutiNya. Yesus tahu dan bisa rasakan apa yang mereka rasakan. Solidaritas dimulai dari situ yaitu mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Yesus pun tergerak memberi mereka makan melalui mujizat yang dilakukanNya (Yohanes 6:1-21).
Sesungguhnya, pesan utama cerita ini bukanlah bahwa Yesus mampu melakukan mujizat dan perbuatan ajaib. Kadang orang terlalu utamakan soal ini sehingga pesan utamanya terabaikan.
Nah, pesan utama cerita ini adalah cinta dan solidaritas Yesus yang terarah kepada semua orang. Yesus bukan saja memberitakan injil. Dia juga menyembuhkan yang sakit, memulihkan yang putus asa, dan membebaskan yang kerasukan setan. Yesus juga memberi orang-orang itu makan. Artinya, pelayanan Yesus itu holistik. Bukan saja pelayanan rohani dan spiritual, tetapi juga pelayanan jasmani.
Cerita Yesus memberi makan lima ribu orang memberi kita dua pesan utama:
Pertama, saat bangsa kita memasuki krisis, janganlah takut dan gentar. Tuhan Yesus, Sang Penyelamat itu pasti tahu kebutuhan dan persoalan kita. Dia tahu saat kita takut dan menangis. Yesus tidak akan tinggal diam. Tuhan pasti bertindak menyelamatkan kita. Kita harus yakin bahwa Yesus pasti menyelamatkan kita.
Kedua, Marilah kita mengikuti teladan Yesus. Di tengah krisis dimana banyak orang stress, panik dan frustrasi, kita harus bisa merasakan penderitaan dan kecemasan mereka. Kita juga harus mulai memikirkan cara-cara yang kreatif untuk membantu, melayani dan meringankan beban mereka.
Inilah kesempatan terbaik untuk membuktikan bahwa kita semua berhati dan berkarakter seperti Yesus. Asal tahu saja, orang menilai kita bukan dari kekayaan, pangkat dan jabatan. Orang menilai kita dari kata-kata dan tindakan yang menyelamatkan mereka di saat mereka berada dalam keputusasaan. Mereka menilai kita dari kebaikan, cinta dan solidaritas kita. Dari sikap kita itulah mereka mengalami perjumpaan dengan Yesus, Sang Juru Selamat dunia.
Oleh karena itu, jangan berdiam diri dan apatis. Banyak orang membutuhkan uluran tangan kasih dan solidaritas kita.
Oleh : Pdt. Albertus M. Patty
Got something to say?