SKANDALON
Istilah skandalon (bahasa Yunani) atau batu sandungan (bahasa Indonesia) ditujukan kepada mereka yang tidak memberikan contoh yang baik, sehingga menghambat orang yang ingin mengenal Kristus.
Kata itu ditujukan oleh Yesus kepada Petrus, “Enyahlah, Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Matius 16:23) Tentu hal ini mengagetkan Petrus. Apa salahku? Bukankah aku membela-Nya agar Ia tidak asal ucap? Ia tidak rela jika Yesus, Sang Guru, harus mengalami penderitaan yang diakibatkan para cendekia agama saat itu.
Sikap Petrus yang selalu spontan untuk membela Yesus adalah hal yang baik. Namun Petrus sepenuhnya belum memahami mengapa Yesus disebut Mesias, Anak Allah yang hidup seperti pengakuannya (Matius 16:16). Suka atau tidak suka, kepergian-Nya ke Yerusalem adalah saat-Nya untuk menuntaskan misi Allah Bapa. Ia harus menderita, disalibkan, wafat, dan akan bangkit pada hari ketiga. Itu harus dituntaskan-Nya agar manusia mengalami damai sejahtera melalui penebusan-Nya di kayu salib.
Kita mungkin sering menjadi skandalon bagi orang-orang yang ingin mengenal Tuhan Yesus. Tingkah laku kita yang tidak mencerminkan nilai-nilai Kristiani: di tengah kedamaian, kita justru menciptakan keresahan dan perpecahan; ketika harus menjadi contoh yang baik, justru hal buruk yang kita pertontonkan; mestinya kita memberi ruang bagi orang lain untuk maju dan berkembang, justru kita menghambat bahkan mematikan semangatnya.
Kita yang telah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat, mestinya menjadi oase bagi sebanyak mungkin orang yang ingin mengenal dan mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus, dan bukan sebaliknya.
Oleh : Pdt. Wee Willyanto
Got something to say?