SEGALA KEMEGAHAN AKAN RUNTUH
Pada puncak kemegahan era industri di awal abad ke-20, sebuah kapal mewah melintasi samudra untuk mengukir sejarah. Titanic, kapal yang membanggakan dan dianggap ‘tak tertandingi, dibangun oleh Harland and Wolff di Belfast, Irlandia Utara. Dengan panjang mencapai 269,1 meter dan bobot hampir 46.000 ton, Titanic dianggap sebagai kapal terbesar dan paling canggih pada masanya. Fasilitasnya mencakup restoran, kolam renang, perpustakaan, teater, dan kabin-kabin mewah. Sayangnya, segalanya berubah drastis pada malam 14 April 1912. Hantaman Titanic dengan gunung es menyebabkan lambung kapal robek, dan air mulai masuk ke dalam banyak ruang kargo. Lebih dari 1.500 orang tewas dalam tenggelamnya Titanic, menjadikannya salah satu bencana maritim paling memilukan dalam sejarah. Keindahan dan kemegahan yang tadinya menjadi milik kapal tersebut, seakan hilang dalam sekejap.
Segala hal yang ada di dunia ini memang rentan untuk mengalami keruntuhan. Betapapun sesuatu dianggap memiliki kekuatan dan kehebatan, belum tentu hal tersebut dapat bertahan menghadapi ancaman. Oleh karena itu, kemegahan dunia tidak boleh menjadi tujuan. Sebaliknya, di tengah segala kefanaan dan kerapuhan, hanya Allah saja yang kekal dan yang perlu senantiasa kita andalkan.
Dalam kisah Injil hari ini, seorang murid Yesus menyatakan kekagumannya pada bangunan Bait Allah. Murid tersebut berkata, “Guru, lihatlah betapa besarnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!” (Mrk 13:1). Tuhan Yesus lalu menjawab, “Kaulihat gedung-gedung yang besar ini? Tidak satu batu pun akan dibiarkan di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan” (Mrk 13:2). Kemegahan Bait Allah menjadi tidak berarti karena kondisi internal Bait Allah itu sendiri. Bait Allah tidak lagi memancarkan bela rasa dan keadilan Ilahi, tetapi justru menjadi sebuah bangunan besar dan megah yang menyembunyikan kebobrokan pemimpin yang ada di dalamnya. Bangunan besar dan kuat itu kelak tidak akan bertahan lama karena akan runtuh dari dalam dan diruntuhkan dari luar. Runtuhnya bangunan Bait Allah sendiri menjadi kenyataan ketika pada tahun 70 M, pemerintah Romawi menumpas habis pemberontakan orang-orang Yahudi di Yerusalem. Saat itu, tembok-tembok kota serta bangunan Bait Allah luluh lantak. Lambang kemegahan berubah menjadi menjadi tanda kehancuran.
Saudara, di tengah berbagai keruntuhan serta penderitaan yang pasti terjadi di tengah kehidupan, biarlah hati kita senatiasa terpaut pada Allah. Mari kita belajar untuk tidak mudah terkecoh pada hal-hal megah yang sifatnya sementara, melainkan senantiasa menaruh pengharapan kita hanya kepada-Nya. Sekalipun kesulitan akan terus datang silih berganti, Allah tidak pernah tinggal diam. Allah terus bekerja dan tugas kita adalah tetap setia. Walaupun segala kemegahan akan runtuh, keselamatan dianugerahkan-Nya bagi mereka yang percaya penuh.
Oleh : Pdt. Bernadeth Florenza da Lopez
Got something to say?