PENCOBAAN DAN KEJATUHAN
Boleh dikata, Adam adalah orang paling beruntung se dunia. Sebagai manusia pertama yang Tuhan ciptakan, ia diberi fasilitas super wah. Ya, Taman Eden menyediakan segala kebutuhan demi menunjang kehidupan Adam, bahkan lebih dari kata cukup. Dan sekalipun ia tidak bisa menawar seperti apa teman hidupnya, tetapi Tuhan ciptakan Hawa dari tulang rusuknya. Maka, mereka menjadi pasangan sempurna. Seluruh Taman Eden bisa mereka miliki dan kelilingi tanpa ada seorang pun yang protes. Manusia zaman sekarang tentu ingin hidup seperti Adam dan Hawa.
Namun, sebebas-bebasnya hidup di Taman Eden, tidak ada kebebasan yang absolut. Di mana pun tentu ada aturan yang harus ditaati. Tanpa aturan, hidup menjadi kebablasan. Pohon pengetahuan yang baik dan jahat menjadi pembatas agar manusia pertama itu tetap hidup tertib dan teratur.
Hanya sayangnya, semua yang indah dan berlimpah di Taman Eden tidak cukup untuk manusia pertama itu hidup bersyukur. Mereka malah tergoda dengan pohon yang dilarang itu. Mereka memakan buahnya. Dan apa yang terjadi berikutnya? Ketika mereka menyadari bahwa diri mereka “telanjang”, mereka saling menyalahkan. Hawa menyalahkan ular yang dianggap penggoda dan pembohong. Adam menyalahkan Hawa yang telah membawanya celaka, bahkan menyalahkan Tuhan yang telah menciptakan pendamping hidupnya yang tidak baik itu. Apapun, kini yang segalanya berlimpah, telah sirna. Hubungan Adam dan Hawa terjadi sekat, dan terutama hubungan manusia dengan Tuhan terhalang dinding kokoh yang sulit dirobohkan. Adam dan Hawa harus tersingkir dari Taman Eden sebagai bentuk konsekuensi logis atas ketidak-taatan mereka.
Hidup kita ibarat Taman Eden. Segala berkat telah Tuhan berikan kepada kita. Bila kata cukup dan bersyukur jadi prinsip hidup dan beriman kita, maka godaan apapun, minimal, bisa kita lawan. Namun bila kita membiarkan diri tergoda, maka segala kenikmatan bisa sirna seketika, berganti dengan kesusahan dan kesulitan.
Tidak ada solusi lain selain kita mau melakukan pertobatan hati. Bertobat bukan berarti berbalik dari dosa. Bertobat berarti berbalik kepada Allah. Perintah Tuhan harus jadi patokan untuk kita melangkah dan berbuat. Tanpa itu, kita akan terus terjebak pada lobang yang sama, yakni hidup dalam dosa.
Melalui Masa Raya Pra-Paskah yang kita masuki sejak minggu ini dan seterusnya, kita akan diajak untuk mengolah hati, agar hidup sebagai pengikut Tuhan Yesus tetap bisa kita jalani dengan baik, asalkan kita memiliki komitmen yang kuat untuk berlaku taat kepada-Nya.
Oleh : Pdt. Wee Willyanto
Got something to say?