MENGENALI HASRAT YANG TERSEMBUNYI

Masyarakat kita saat ini tidak asing dengan istilah flexing. Secara sederhana, flexing diartikan sebagai tindakan pamer kemewahan. Flexing bukan sekedar strategi marketing biasa. Di dalam flexing, ada kebutuhan dasar manusia yang ditangkap dan dimanfaatkan. Apakah itu? Kebutuhan akan eksistensi. Pelaku flexing akan merasa dirinya dikagumi, dihormati, disanjung; sedangkan yang menonton aksi flexing tanpa sadar sedang terus-menerus didorong untuk memiliki kehidupan seperti yang ditampilkan. Motonya kira-kira: kalau saya bisa, kamu juga bisa! Syukur-syukur jika jalan yang ditempuh adalah kerja keras. Sayangnya, karena aksi flexing, banyak orang yang akhirnya keranjingan cara-cara instant. Pinjaman online dan judi online menjadi cara mudah yang marak dilakukan untuk memenuhi gaya hidup konsumtif dalam waktu yang singkat.

Layaknya kemewahan, kesalehan juga bisa menjadi ajang untuk pamer. Demikianlah Tuhan Yesus memberikan peringatan yang sangat tajam: “Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka diberi hormat di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang menelan rumah janda-janda dan mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang…” (Mrk 12:38-40). Kesalehan yang diperlihatkan menjadi wujud dari hasrat yang tersembunyi, yaitu hasrat untuk dipuji dan dikagumi. Di saat yang sama, di balik kesalehan artifisal itu terdapat kejahatan dan penindasan terhadap sesama. Perintah untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama tidak lagi menjadi satu kesatuan. Yang satu dikedepankan demi kepentingan diri sendiri, dan yang lain diabaikan melalui hilangnya kepedulian serta empati.

Di tengah kecenderungan manusia untuk memoles segala tindakannya, Allah mengetahui setiap hasrat yang tersembunyi. Allah melihat bukan hanya pada apa yang kelihatan, melainkan apa yang ada dalam hati manusia. Ia menguji setiap kehendak, keinginan, dan motivasi dalam diri kita. Demikianlah dalam kisah Injil, di antara semua orang yang memberi persembahan, Tuhan Yesus justru memuji sang janda miskin yang memberi dalam jumlah yang sangat sedikit (Mrk 12:41-44). Sekalipun yang janda itu berikan hanyalah dua uang receh terkecil, tetapi ia mempersembahkannya dalam ketulusan dan rasa syukur kepada Allah. Persembahan yang ia berikan merupakan persembahan sukarela yang saat itu ditujukan untuk pelayanan Bait Allah dalam memelihara kehidupan orang-orang yang tidak mampu dan janda-janda miskin. Artinya, dalam segala keterbatasannya, sang janda miskin ini tetap memiliki perhatian dan bela rasa pada sesama. Tidak hanya itu, dengan memberi seluruh nafkahnya, sang janda pun sedang menunjukkan iman dan kepercayaannya yang penuh pada pemeliharaan Allah.

Umat Tuhan, marilah kita memeriksa diri kita masing-masing. Kenalilah setiap hasrat yang tersembunyi dalam diri kita dan biarlah hasrat itu dapat kita kelola agar selaras dengan kehendak Tuhan. Jangan biarkan diri kita terjebak dalam tindakan yang sia-sia demi mengumpulkan pujian dan hormat yang semu. Milikilah selalu bela rasa dan wujudkanlah hal itu dalam tindakan kita sehari-hari. Biarlah di hadapan Tuhan, hati kita senantiasa ada dalam kasih serta ketulusan. “It is not how much we do, but how much we put love in doing. It is not how much we give, but how much love we put in the giving.” (Mother Theresa).

 

Oleh : Pdt. Bernadeth Florenza da Lopez


No Replies to "MENGENALI HASRAT YANG TERSEMBUNYI"


    Got something to say?

    Some html is OK