MEMPERCAYAKAN HIDUP PADA KUASA TUHAN
Hidup manusia itu seperti kalimat dalam sebuah lagu, “Jalan hidup tak selalu, tanpa kabut yang pekat”. Yang menyedihkan, ternyata kabut itu begitu pekat, yang membawa kita ke titik terendah. Kita dibuat tak berdaya, hidup pun terasa hampa.
Mungkin, Marta dan Maria pun merasa seperti itu. Mereka sudah berpesan kepada Yesus, bahwa kakaknya, Lazarus, sedang sakit. Namun Yesus tak kunjung datang. Malah, Yesus memutuskan untuk menambah 2 hari tinggal di sekitar sungai Yordan. Mengapa Ia tidak segera menjawab pesan Marta dan Maria, dan bergegas untuk ke Betania? Mengapa Ia menunggu sampai Lazarus meninggal dunia?
Tuhan menjawab: “Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya.” (Yohanes 11:14-15) Ia memang sengaja menunggu. Lalu apa artinya?
Kadang, dalam keadaan terpuruk, kita ingin mendapat jawaban segera dari Tuhan, agar mengangkat kita dari masalah yang begitu menyesakkan dada. Tetapi Tuhan malah seakan berdiam diri!
Sebenarnya Tuhan bukannya tidak peduli. Ia bahkan menangis, memperlihatkan solidaritasnya atas pergumulan Marta dan Maria. Ia begitu peduli dan berempati. Namun, kita juga harus tahu, bahwa kita harus sabar untuk menunggu. Kita harus mau berproses untuk mempercayakan hidup kita pada Tuhan. Bukankah Tuhan berkuasa membangkitkan orang mati ? Maka masalah kita sehebat apapun, Tuhan pasti solider dan mampu melakukan yang terbaik menurut-Nya, bukan menurut kita.
Mempercayakan hidup kita pada Tuhan memang tidak mudah. Kita harus mau mengalami sakitnya menanti jawaban Tuhan. Kita harus berani menyerahkan segala perkara pada Tuhan, dan bukan mengandalkan kekuatan sendiri. Kita harus berani menerima setiap keputusan Tuhan, sebab itu yang terbaik menurutnya. Sebab yang terbaik menurut kita belum tentu yang terbaik menurut Tuhan. Tetapi yang terbaik menurut Tuhan, pasti itu yang terbaik untuk kita.
Hari ini akan diteguhkan beberapa orang yang Tuhan panggil untuk melayani sebagai Penatua. Selama memenuhi panggilan Tuhan, bisa saja hidup kita mengalami titik nadir karena berbagai hal. Tetapi di sinilah iman kita diuji, apakah kita cukup berani mengandalkan segala perkara pada Tuhan, atau kekuatan diri sendiri yang selalu jadi acuan langkah hidup kita?
Selamat melayani untuk Anda yang diteguhkan menjadi Penatua. Jadikanlah Tuhan sebagai penolong utama hidup kita. Tuhan Yesus memberkati.
Oleh : Pdt. Wee Willyanto
Got something to say?