MELAMPAUI APA YANG KELIHATAN
Dalam dunia yang terus bergerak cepat, kita hidup dikelilingi oleh dorongan untuk memiliki, menguasai, dan mengamankan apa yang tampak di depan mata: karier yang cemerlang, rumah yang nyaman, tabungan yang stabil, dan relasi sosial yang diakui. Semua itu seolah menjadi tolok ukur keberhasilan dan ketenangan hidup. Bahkan, hal-hal tersebut seringkali dijadikan sebuah target yang harus dicapai sebelum mencapai usia tertentu. Jika hal-hal yang ‘terlihat’ tersebut belum berhasil diraih, maka muncul rasa kekhawatiran dan rendah diri. Merasa bahwa diri tidak berharga, dan menganggap bahwa ini semua adalah kegagalan yang memalukan. Namun, di tengah kekhawatiran dan desakan itu, Yesus berpesan kepada setiap orang, memberikan penghiburan dan kekuatan: “Jangan takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.”
Di sini, Yesus menyadari apa yang sedang dialami oleh hati manusia akan kekhawatiran dan tekanan yang melanda hidup sehari-hari. Ia tahu betul kekhawatiran manusia tentang sandang, pangan, dan masa depan. Ada begitu banyak tekanan yang berasal dari orang-orang, dan juga berasal dari diri sendiri untuk senantiasa berhasil dan terpandang. Tetapi Yesus mengalihkan fokus para pendengarnya – dan kita hari ini – dari ketergantungan pada apa yang kelihatan kepada pengharapan pada sesuatu yang lebih besar, yaitu Kerajaan Allah. Arah pandang ini menantang kita untuk menilai ulang apa yang benar-benar bernilai. Apakah hidup kita hanya sebatas mengumpulkan harta yang bisa dicuri atau rusak? Atau kita belajar untuk menginvestasikan hidup dalam sesuatu yang kekal, yang tidak bisa hilang, yakni iman, kasih, dan kebaikan yang mengalir dari hati yang mengenal Allah?
Di tengah kesibukan kota dan tekanan hidup modern, Firman Tuhan menjadi panggilan untuk menjadi umat yang berjaga-jaga, seperti hamba yang menantikan kedatangan tuannya. Gaya hidup berjaga bukan berarti hidup dalam ketegangan, yang tidak akan pernah bisa untuk beristirahat dan menikmati kehidupan, tetapi dalam kesadaran rohani – bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk menghidupi nilai-nilai Kerajaan Allah. Misalnya saja, kejujuran di tempat kerja, kemurahan hati di tengah budaya individualisme, pengampunan dalam relasi yang retak, serta pengharapan saat hidup tidak sesuai harapan.
Yesus kemudian melanjutkan dengan sebuah pesan yang sangat penting: “Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Ketika hati kita terarah kepada Kerajaan Allah, kita tidak mudah tergoncang oleh ketidakpastian. Kita menjadi pribadi yang tidak hanya bertahan dalam badai kehidupan, tetapi juga menghadirkan terang di tengah dunia yang gelap.
Maka, marilah kita berhenti sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan dan bertanya pada diri kita: Untuk apa kita hidup? Apa yang sedang kita kejar? Apakah hidup kita sudah terarah pada hal-hal yang kekal, atau masih terikat pada yang fana?
Pada hari ini, mari kita belajar melihat dengan mata iman, melampaui apa yang kelihatan, dan hidup sebagai umat yang berjaga, siap menyambut Kerajaan-Nya dalam setiap segi kehidupan kita. Sebab ketika kita hidup dalam nilai kekekalan, kita sedang menginvestasikan diri dalam sesuatu yang tidak akan pernah sia-sia.
Oleh : Pdt. Zeta Dahana
Got something to say?