KISAH JONATHAN
Pertobatan bukanlah hal yang mudah. Kita sering kali bergumul dan merasa sangat berat untuk mengubah kebiasaan atau meninggalkan apa yang kita sukai, meski kita tahu bahwa yang kita sukai itu adalah perbuatan dosa. Setiap perbuatan dosa bisa mencelakakan dan menghancurkan diri kita sendiri. Celakanya, sering dosa telah mengakar dalam hidup kita sehingga kita sulit berubah. Banyak orang seperti katak dalam air dingin yang sedang direbus di atas kompor. Seolah situasi aman dan tenang padahal kehancuran dan kematian sedang mendekat. Jadi, betapa pun pertobatan adalah langkah yang sulit dilakukan, orang harus berani memulainya sebelum segalanya terlambat.
Yohanes Pembaptis berbicara tegas kepada orang banyak, memanggil mereka untuk “menghasilkan buah-buah yang sesuai dengan pertobatan.” Kata-katanya seperti obat yang pahit di mulut. Sangat tidak menyenangkan tetapi menyembuhkan. Memang, pertobatan yang sejati membawa sukacita, bukan hanya bagi kita, tetapi juga bagi surga, karena “satu orang berdosa yang bertobat lebih besar sukacitanya dibandingkan dengan sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak membutuhkan pertobatan” (Luk. 15:7).
Menariknya, Yohanes Pembaptis juga menantang keyakinan salah dari umat Israel yang merasa nyaman dengan status mereka sebagai keturunan Abraham. Mereka berpikir bahwa identitas mereka sebagai umat pilihan Allah sudah menjadi jaminan keselamatan. Yohanes berkata tegas, “Jangan katakan dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Sebab aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!”
Yohanes ingin mengingatkan kita semua tentang satu hal penting. Apa? Ini! Keselamatan bukanlah soal status atau latar belakang rohani kita, melainkan tentang kehidupan yang menghasilkan buah-buah kebenaran. Rasa kebanggaan pada status sebagai anak-anak Tuhan atau sebagai pengikut Kristus tanpa menghasilkan perubahan hidup adalah kosong di mata Allah. Ibarat seseorang yang bangga banget punya mobil mewah yang ‘branded,’ tetapi mobilnya hanya dijadikan pajangan di rumah. Tidak pernah dipakai sema sekali. Useless! Pertobatan sejati harus selalu disertai tindakan nyata.
Kisah Jonathan
Alkisah ada seorang pemuda bernama Jonathan. Dia tumbuh dalam lingkungan yang keras. Ia terjebak dalam lingkaran kejahatan, narkoba, dan kekerasan. Suatu hari, ia menghadiri sebuah kebaktian hanya untuk memenuhi undangan seorang teman, tanpa harapan atau niat berubah.
Ketika mendengar firman Tuhan, hati Jonathan tersentuh. Ia merasa seolah-olah setiap dosa yang ia lakukan diungkapkan di hadapannya. Malam itu, ia menangis untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun. Dalam air mata pertobatannya, ia merasakan kehadiran Tuhan yang penuh kasih, menghapus semua rasa bersalahnya.
Pertobatan Jonathan tidak berhenti di sana. Ia mulai belajar Alkitab, meninggalkan kehidupan lamanya, dan berkomitmen membantu mereka yang berada di jalan yang sama seperti dirinya dulu. Ia mendirikan sebuah organisasi untuk membantu anak-anak muda keluar dari dunia kejahatan, memberi mereka harapan dan masa depan. Jonathan tidak berhenti pada pertobatan, tetapi dia terus bertransformasi menjadi berkat bagi anak-anak muda lainnya. Pertobatan Jonathan menciptakan sukacita bagi dirinya, bagi orang lain dan tentu saja bagi Tuhan.
Kisah Jonathan adalah pengingat bahwa pertobatan sejati adalah awal dari transformasi besar yang penuh sukacita. Pertobatan mengingatkan kita untuk tidak berbangga pada status rohani, tetapi untuk menghasilkan buah-buah yang nyata dalam hidup. Biarlah hidup kita menjadi kesaksian bagi dunia tentang sukacita sejati yang hanya ditemukan dalam pertobatan dan kasih Kristus.
Oleh : Pdt. Albertus M. Patty
Got something to say?