KELUARGA YANG TETAP PERCAYA PADA PERTOLONGAN TUHAN
Tahun 2023 disebut-sebut sebagai “masa gelap” bagi negara-negara di dunia. Guncangan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, perang antara Rusia dan Ukraina, hingga gangguan iklim di berbagai benua, menyebabkan sejumlah krisis. Krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan mendorong pelemahan atau kelesuan ekonomi global. Resesi pun menjadi sesuatu yang menghantui masyarakat dunia.
Maraknya berita tentang ancaman resesi telah menimbulkan banyak kegelisahan di tengah masyarakat. Konon, ada banyak perusahaan yang akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena alasan efisiensi. Akibatnya, jumlah pengangguran pun meningkat. Bagi para pencari kerja baru atau para fresh graduate, mencari pekerjaan pun akan terasa semakin sulit. Masyarakat diminta untuk lebih bijak dalam mengatur keuangan rumah tangganya agar dapat bertahan di tengah situasi yang tidak menentu ke depan.
Situasi penuh tekanan juga digambarkan akan dialami oleh umat Israel. Dalam bacaan pertama kita (Yeremia 14:7-10, 19-22), Yeremia menubuatkan tentang musim kering yang akan melanda Yehuda. Dalam situasi tersebut, umat akan sangat menderita. Orang-orang akan berjuang mencari air dan tidak menemukannya. Binatang tidak mendapat rumput, pekerjaan di ladang terhenti karena tidak ada air, dan bukit-bukit gundul. Kekeringan memunculkan kesusahan yang berkepanjangan, bukan hanya bagi manusia tetapi bagi makhluk hidup lainnya.
Yeremia merasa sangat sedih akan situasi yang akan menimpa bangsanya. Ia sadar bahwa segala sesuatu terjadi karena dosa dan pelanggaran umat di hadapan Tuhan. Dalam pergumulannya, Yeremia mengakui segala pelanggaran bangsanya. Dalam ayat 20 diungkapkan, “Ya TUHAN, kami mengetahui kefasikan kami dan kesalahan nenek moyang kami; sungguh, kami telah berdosa kepada-Mu.” Sekalipun Yeremia mengakui kemurtadan bangsanya, dalam segala kerapuhan ia tetap berseru “Janganlah Engkau menampik kami, oleh karena nama-Mu, dan janganlah Engkau menghinakan takhta kemuliaan-Mu! Ingatlah perjanjian-Mu dengan kami, janganlah membatalkannya!” (Yeremia 14:21). Keberdosaan umat tidak membuat Yeremia berhenti percaya akan kasih setia Tuhan. Sekalipun berbagai penderitaan harus terjadi, Yeremia meyakini akan hadirnya pertolongan Tuhan bagi umat Allah. Di tengah situasi yang tidak mudah, Yeremia tetap menaruh pengharapan dan keyakinannya pada Tuhan.
Jemaat terkasih, di tengah kekuatiran serta rasa takut, marilah kita tetap berpegang teguh pada janji Tuhan. Dalam segala kerapuhan, Allah mendengarkan kita. Keterbukaan serta kejujuran diri yang kita ungkapkan di hadapan-Nya menjadi jalan bagi pemulihan yang Allah kerjakan. Sekalipun cara-Nya bekerja mungkin tidak selalu sesuai dengan keinginan kita, yakinilah bahwa kehendak-Nya selalu menjadi yang terbaik bagi kita dan keluarga. Tetaplah percaya, tetaplah setia!
Oleh : Pdt. Bernadeth Florenza da Lopez
Got something to say?