KELUARGA YANG BERBUAH
Di pastori yang saya tinggali ada 3 pohon mangga. Setiap tahunnya, pohon-pohon mangga itu biasa berbuah. Jikalau sudah berbuah, banyak orang yang ikut menikmati, termasuk tetangga di sekitar. Rasanya itulah harapan banyak orang saat memiliki pohon atau tanaman yang bisa menghasilkan buah. Kita berharap dapat menikmati hasilnya. Buah yang ranum dan manis menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu dari pohon atau tanaman tersebut.
Dalam Alkitab, umat Tuhan sering diibaratkan sebagai kebun anggur. Tuhan sendiri digambarkan sebagai Sang Pemilik kebun anggur yang menantikan agar kebun anggur milik-Nya itu dapat menghasilkan buah. Kebun anggur biasanya terletak di lereng bukit yang berbatu dan dikelilingi pagar pelindung. Sebuah menara jaga dibangun di dekatnya sehingga para pekerja dapat mengawasi datangnya pencuri dan binatang-binatang pengganggu. Intinya, Sang Tuan sudah menyiapkan sarana yang terbaik agar kebun anggurnya berbuah banyak.
Sayangnya, dalam bacaan Injil kita hari ini (Matius 21:33-46), para pekerja yang menggarap kebun anggur itu ternyata tidak mau memberikan hasil dari kebun anggur kepada hamba-hamba Sang Tuan. Tidak dijelaskan apa sebabnya. Mungkinkah para penggarap-penggarap tersebut memang telah gagal merawat kebun anggur milik Sang Tuan sehingga tidak ada buah yang dihasilkan? Atau, mungkinkah para penggarap memang ingin menguasai dan memiliki kebun anggur tersebut begitu saja? Yang jelas, para penggarap kebun anggur telah bertindak dengan amat jahat. Mereka melukai dan membunuh hamba-hamba Sang Tuan, termasuk Sang Anak. Mereka mengambil sesuatu yang bukan merupakan hak mereka, dan menggunakannya bagi kepentingan diri sendiri.
Bagaikan kebun anggur, Tuhan pun ingin agar keluarga kita dapat menghasilkan buah-buah yang baik bagi-Nya. Seperti para penggarap, kita pun adalah orang-orang yang dipercaya oleh Tuhan untuk mengelola apa yang menjadi milik-Nya. Keluarga kita bukanlah sesuatu yang harus kita kuasai, melainkan anugerah yang perlu kita kelola bagi kemuliaan nama-Nya. Tuhanlah Sang Pemilik kehidupan dari setiap anggota keluarga, dan tugas kita adalah saling merawat agar hidup kita mampu menghasilkan buah. Ketika kita menggunakan keluarga sebagai alat bagi pementingan diri sendiri, ketika sikap hidup kita justru menjadi batu sandungan bagi anggota keluarga sehingga mereka sulit berbuah, demikianlah kita sedang melawan Allah, Sang Pemilik kebun anggur. Pada akhirnya, Ia akan meminta pertanggungjawaban atas setiap kepercayaan yang Ia berikan pada kita. Untuk itu, marilah kita mengelola kebun anggur Tuhan, yaitu keluarga kita dengan baik. Biarlah buah-buah yang manis dan berkenan kepada-Nya dapat dihasilkan dari kehidupan kita dan keluarga. Sekalipun tidak mudah, Allah akan menyertai dan menolong kita.
Oleh : Pdt. Bernadeth Florenza da Lopez
Got something to say?