KASIH ALLAH YANG MENGINSPIRASI
Tidak asing bagi kita istilah “homo homini lupus” – manusia adalah serigala bagi manusia lain. Istilah ini menggambarkan keadaan manusia yang cenderung menjadi ancaman bagi sesamanya karena adanya keinginan untuk memenuhi kepentingan diri sendiri tanpa peduli pada kepentingan orang lain. Sepanjang sejarah, upaya untuk saling menyingkirkan telah dilakukan oleh manusia dalam berbagai lingkup dan bentuknya. Tidak heran, sampai saat ini, dunia kita masih menjadi dunia yang tidak baik-baik saja.
Di tengah dunia yang penuh dengan kebencian dan keegoisan, Allah menunjukkan kepada kita tentang kasih. Allah bahkan mendemonstrasikan kasih itu dengan begitu total melalui kedatangan Anak-Nya Yesus, Kristus, Tuhan kita. Dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus berkata, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi. Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yohanes 13:34). Benarkah perintah untuk mengasihi adalah suatu perintah yang baru bagi para murid? Bukankah sebagai orang-orang Yahudi, mereka pun mengenal hukum kasih yang terdapat dalam Taurat? Sesungguhnya, kebaruan perintah Yesus dikandung dalam pernyataan: “Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” Sekarang, kasih Yesuslah yang menjadi ukuran untuk para murid! Kasih itu menjadi sangat konkret dan berwujud, bukan lagi retorika dan teori yang jauh dari kenyataan! Yesus Kristus telah menunjukkan teladan mengasihi dalam segala keadaan dan teladan itulah yang sekarang harus dilanjutkan oleh para murid-Nya! Seperti mereka sendiri telah dirangkul oleh Pribadi Yesus, demikianlah para murid dipanggil dan diinspirasi untuk menghadirkan rangkulan kasih Allah yang nyata bagi yang lain.
Seperti kasih Yesus menyapa para murid, demikianlah kasih-Nya juga menyapa kita. Karena kita telah menerima kasih-Nya, kita pun dipanggil untuk menyebarkan kasih itu kepada yang lain. Sebagai orang percaya, identitas utama kita tidak terletak pada simbol-simbol Kekristenan saja – kalung salib, gedung gereja, cara beribadah, dsb. Identitas kita yang utama tercermin dari sikap hidup, cara kita bersosialisasi, cara kita memperlakukan orang lain di sekitar kita. Sebagai pribadi, sebagai keluarga, sebagai gereja, hidup kita adalah hidup yang harus menampakkan Kristus. Demikianlah Tuhan Yesus berkata, “Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, jikalau kamu saling mengasihi.”
Oleh : Pdt. Bernadeth Florenza da Lopez
- S Prev
- s
Got something to say?