HIDUP BUKAN MILIK KITA SENDIRI
Seorang anak kecil diberikan sebuah mainan yang sangat spesial oleh orangtuanya. Mainan ini begitu indah dan berharga baginya. Namun, orangtuanya memberi tahu anak itu bahwa sebenarnya mainan itu pinjaman dari seseorang. Mereka hanya dipercayakan untuk menggunakan mainan itu, tetapi tentu saja harus merawatnya dengan baik.
Anak itu sangat mencintai mainannya, namun, dia sadar bahwa mainan itu bukan miliknya. Dia harus merawatnya dengan baik. Setiap kali dia bermain, dia merasa bertanggung jawab untuk tidak merusak atau mengabaikan mainannya karena dia tahu itu bukan miliknya sepenuhnya. Dia menyadari bahwa ada seseorang yang meminjamkan mainan tersebut dan dia ingin membuat pemiliknya bahagia dengan cara merawatnya dengan baik dan menggunakannya sesuai yang diharapkan pemiliknya.
Hidup kita mirip “barang mainan” tadi. Hidup kita bukanlah milik kita. Hanyalah pinjaman. Sesungguhnya hidup kita milik Tuhan. Kehidupan ini adalah anugerah-Nya kepada kita. Seperti anak kecil itu, kita dipercayai untuk merawatnya dengan baik. Itu artinya kita harus menggunakan waktu, bakat, dan sumber daya kita dengan bijaksana, menjalani hidup sesuai dengan rencana Tuhan, dan melayani sesama manusia dan dunia yang Tuhan cintai.
Ketika kita menyadari bahwa hidup kita bukanlah milik kita sendiri, melainkan anugerah dari Tuhan, kita lebih cenderung menghargai, merawat, dan menggunakan kehidupan ini dengan bijaksana. Kita berusaha untuk hidup sesuai dengan rencana-Nya. Kita berupaya membantu sesama, menciptakan kebaikan, dan berkontribusi dalam membangun dunia yang lebih baik, sebagaimana yang diinginkan Tuhan, Sang Pemilik sejati dari “barang mainan” berharga itu.
Injil Yohanes 1 ayat 43-51 mengajarkan kita tentang satu hal penting yaitu bahwa kehidupan kita bukanlah milik kita sendiri, melainkan milik Tuhan. Ketika Filipus mengundang Natanael untuk bertemu dengan Yesus, Natanael meragukannya. Natanael bahkan meragukan Yesus. Namun, ketika mereka bertemu, Yesus mengungkapkan pengetahuan yang mendalam tentang Natanael. Yesus menyatakan kebenaran yang mengejutkan baginya: “Sebelum Filipus memanggil kamu, ketika kamu di bawah pohon ara, Aku melihat kamu,” kata Yesus.
Hal yang menakjubkan dari narasi ini adalah bagaimana Yesus mengenal Natanael jauh sebelum mereka bertemu. Ini mengingatkan kita bahwa Allah mengenal kita dengan sempurna. Kehidupan kita, bahkan sebelum kita menyadarinya, sudah dikenal oleh-Nya. Dan panggilan-Nya kepada kita bukanlah karena kebaikan atau kecocokan kita semata, tetapi karena rencana-Nya yang sempurna.
Natanael pun menyadari keagungan Yesus dan berkata, “Rabbi, Engkau adalah Anak Allah, Engkau adalah Raja Israel!” Perhatikan bagaimana pengakuan Natanael tentang Yesus tidak hanya sebatas pengakuan terhadap kehadiran-Nya, tetapi juga pengakuan akan kedaulatan-Nya dalam hidup manusia.
Sebagai pengikut Kristus, dipanggil untuk mengenali bahwa kehidupan kita bukan milik kita sendiri. Kita adalah milik Tuhan. Semua yang kita miliki, termasuk bakat, waktu, dan sumber daya, adalah anugerah dari-Nya. Tuhan sudah mengenal kita bahkan sebelum kita lahir. Tuhan punya plan atau rencana untuk kita semua. Oleh karena itu, gunakan hidup kita yang dipinjamkan oleh Allah itu dengan penuh tanggungjawab untuik kemuliaan nama-Nya dan menjadi berkat bagi siapa pun.
Oleh : Pdt. Albertus M. Patty
Got something to say?