HIDUP BERKENAN KEPADA-NYA
Seperti embun pagi yang diam-diam mengecup dedaunan, hati manusia pun bertanya-tanya tentang siapa yang dinantikan. Di tepi Sungai Yordan, kerinduan umat bergulir, mencari Dia yang akan menyalakan api di jiwa mereka. Yohanes berkata, “Aku hanya pembuka jalan. Namun Dia, yang lebih agung, akan membaptis kalian dengan Roh Kudus dan api.”
Dalam sunyi air yang pecah oleh langkah Yesus, langit terbelah. Roh Kudus turun lembut bagai burung merpati, membawa pesan abadi: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Suara itu bukan hanya untuk Yesus; itu gema bagi kita semua yang berjalan di jalan iman.
Apakah hidup kita berkenan kepada-Nya? Seperti lilin kecil yang terbakar dalam gelap, kita dipanggil untuk membawa terang kasih, sekalipun angin derita meniupkan kebimbangan.
Berkenan kepada-Nya berarti menari dalam kehendak-Nya, meski langkah kita kadang terhuyung. Berkenan kepada-Nya berarti menjadi sungai kecil yang mengalirkan air kehidupan bagi dunia yang haus.
Terkadang, kita bertanya: bagaimana mungkin? Jawabannya ada di langit yang terbuka itu. Roh Kudus menuntun, suara-Nya membimbing.
Seperti tanah yang rela dibajak, hati kita dipanggil untuk lunak, siap menumbuhkan benih kasih. Hidup berkenan kepada-Nya bukan tentang kesempurnaan, melainkan kesetiaan menyerahkan diri pada kasih-Nya yang tak bertepi.
Dan ketika kita hidup dalam kasih itu, suara langit itu akan kembali terdengar, “Engkaulah anak-Ku yang Kukasihi.”
Oleh : Pdt. Albertus M. Patty
- S Prev
- s
Got something to say?