GEMBALAKANLAH DOMBA-DOMBAKU
Tuhan Yesus sudah bangkit dan menampakkan diri kepada para murid. Namun, segala sesuatu tidak langsung menjadi jelas bagi mereka. Apakah yang akan terjadi setelah ini? Bagaimana nasib mereka? Apa yang harus dikerjakan? Di tengah segala pertanyaan dan ketidakpastian yang ada, setidaknya menjala ikan adalah hal yang biasa mereka lakukan. Para murid kembali ke pantai dan melakukan pekerjaan yang mereka kuasai. Mungkin pula hal tersebut mereka lakukan untuk menenangkan diri di tengah hari-hari yang terasa penuh gejolak. Sayangnya, hari itu menangkap ikan pun menjadi sesuatu yang sulit. Sepanjang malam, tidak ada ikan yang dapat tertangkap oleh jala mereka.
Ketika hari menjelang siang, Tuhan Yesus berdiri di pantai. Murid-murid tidak menyadari bahwa yang hadir saat itu adalah Yesus yang bangkit. Yesus bertanya kepada mereka, “Hai anak-anak, apakah kamu punya ikan?” Setelah para murid menjawab tidak ada, Ia lalu menyuruh mereka menebarkan jala di sebelah kanan perahu. Tidak disangka, jala mereka menjadi penuh dengan ikan! Murid yang dikasihi lalu berkata kepada Petrus, “Itu Tuhan.” Petrus mengenakan jubahnya dan segera terjun ke danau untuk menjumpai Yesus. Hari itu, Petrus melakukan percakapan yang akrab dengan Sang Guru dan menerima panggilan penting untuk menggembalakan domba-domba-Nya.
Di tengah segala kelemahan yang ada padanya, Petrus dipercaya untuk mengambil peran sebagai gembala, membimbing dan menuntun para pengikut Kristus. Petrus sendiri telah mengalami kuasa dan karya Yesus yang mulia, yang telah menggerakkannya untuk mengasihi Yesus dengan tulus. Petrus memang pernah gagal, tetapi hal tersebut tidak menghalangi Sang Guru untuk tetap memberikan kepercayaan kepadanya. Dalam panggilannya sebagai gembala, Petrus sendiri tetap adalah domba Kristus yang perlu senantiasa mendengarkan-Nya. Itulah sebabnya, Tuhan Yesus berkata pada bagian akhir, “Ikutlah Aku.” (Yoh 21:19).
Seperti Tuhan Yesus menjumpai para murid, demikianlah Ia juga menjumpai kita di tengah segala ketidakpastian hidup. Di tengah upaya yang seringkali terasa sia-sia, Ia mengajak kita untuk mendengarkan-Nya. Dalam kesediaan kita untuk mendengar, kita akan mengalami karya-Nya yang memulihkan. Seiring dengan itu, kita pun dipanggil untuk menyatakan karya pemulihan bagi sesama. Kita dipanggil untuk menjadi pribadi yang memiliki kasih dan perhatian kepada orang lain, sebagaimana gembala memperhatikan domba-dombanya. Apapun bentuk kepercayaan yang sedang Tuhan berikan kepada kita saat ini, marilah kita melakukannya dalam kasih dan kesetiaan. Percayalah, bahwa di tengah segala kelemahan, Ia sendiri yang akan senantiasa menyertai dan memampukan kita.
Oleh : Pdt. Bernadeth Florenza da Lopez
Got something to say?