BELAJAR DARI PETRUS
Bisa dikata, Petrus adalah pribadi yang cukup menyenangkan. Ia selalu antusias dan spontan setiap kali menghadapi sesuatu. Mungkin karena itulah, ia bukanlah orang yang selalu bertindak benar. Dia pernah berbuat salah dan pernah salah bicara. Dia tidak sempurna. Yang istimewa dari Petrus adalah, ia orang baik yang selalu tersandung oleh tindakan yang salah. Dan setiap kali ada perbuatan yang salah, selalu saja Petrus yang melakukannya.
Petrus juga adalah seorang nelayan yang berpengalaman. Dia telah sering mengarungi danau ini (Danau Galilea, sering juga disebut Sea of Galilee, mungkin karena luasnya mencapai 166 km2). Dia tahu bahayanya. Tidak ada petunjuk atau tanda bahwa badai akan datang. Badai bisa datang tanpa peringatan. Apa yang akan anda lakukan jika anda sedang berada di tengah danau itu dan badai datang mendadak?
Yesus baru saja selesai memberi makan 5000 orang, belum termasuk perempuan dan anak-anak. Mukjizat yang hebat! Luar biasa! Setelah makan kenyang, orang banyak itu makin bersemangat mendukung Yesus. “Yesus ini sangat hebat! Dia mengenyangkan perut kita. Setiap kali kamu merasa lapar, kamu cuma perlu datang kepada Yesus. Dialah yang pantas untuk kita dukung jadi raja.”
Tuhan tahu motivasi orang banyak mencari Dia. Begini kata Tuhan, “….. Kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” (Yohanes 6 : 26). Karena hal inilah, Tuhan menyuruh mereka pulang. Mengalami mukjizat dan makan kenyang, itu sudah cukup. Tidak ada alasan untuk terus mengikuti-Nya. Mereka juga punya kehidupan yang harus dijalani. Jika ikut Tuhan hanya karena memandang Yesus sebagai mesin makanan otomatis, mereka keliru. Tuhan tidak bisa diperalat demi memenuhi kepentingan mereka.
Dia juga meminta para murid untuk bertolak ke seberang mendahului-Nya. Sedangkan Yesus, diam-diam naik ke bukit untuk berdoa. Ia selalu rindu untuk dekat dengan Bapa-Nya.
Baru beberapa mil perahu para murid berlayar, mendadak angin sakal (headwind, yakni angin yang bertiup dari arah depan, berlawanan dengan arah gerak perahu) datang. Perahu oleng sangat hebat. Ombak bergelora. Mereka jadi begitu sibuk membuang air yang terus masuk ke perahu mereka, agar perahu tidak tenggelam.
Bersamaan dengan itu, dari kejauhan tampak sosok yang sedang mendekati perahu. Mereka terkejut dan berteriak, “Itu hantu!” Salah pandang mereka mungkin karena saat itu mereka begitu sibuk menjaga keadaan perahu dan waktu menunjukkan jam 3 malam. Ketakutan mereka mereda setelah tahu siapa yang berjalan di atas air itu. Ternyata Yesus, Tuhan dan Guru mereka. Maka tenanglah mereka dan perhatian tertuju kembali pada perahu yang terus dipenuhi air yang masuk.
Di saat itu Petrus meminta Tuhan agar ia bisa mendekati-Nya. Setelah Tuhan menyuruhnya datang, Petrus mulai berjalan di atas air. Namun ketika dirasa tiupan angin cukup keras, ia menjadi takut dan seketika itu Petrus hampir tenggelam. Bersyukur Tuhan memegangnya, lalu mereka menuju perahu. Apa yang bisa kita perhatikan di sini?
- Ketika tekanan dalam hidup dirasa makin kuat, kita sering menjadi lemah. Sekalipun Petrus tahu, bahwa Tuhan tepat berada di depannya, itu belum cukup baginya untuk merasa yakin! Karena itulah, Tuhan berkata, “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”
Namun dari peristiwa itu, para murid, terutama Petrus mendapatkan pengalaman spiritual yang luar biasa. Dari rasa takut dan bimbang menuju iman. Sehingga mereka dapat berkata, “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.”
Kadang, dalam badai kehidupan, yang dibutuhkan adalah langkah kita ke depan. Mungkin ada keraguan dan rasa takut untuk mengambil langkah pertama. Sebab dalam benak Petrus dan juga kita, selalu saja ada perasaan bahwa badai hidup itu jauh melebihi kekuatan dan kesanggupan kita. Tetapi kalau kita tidak melangkah, bagaimana kita bisa tahu bahwa kita akan gagal dan berhasil? Bukankah Tuhan ada di depan kita? Keberanian untuk mengambil langkah pertama sangat dibutuhkan untuk menjalani setiap tahap kehidupan kita. - Masalah menjadi seorang Kristen adalah mengenal Allah melalui Yesus. Mengenal Yesus bukan sekedar kita tahu Dia ada. Mengenal Yesus bukan berarti tahu sesuatu tentang Yesus. Mengenal Yesus membutuhkan perjumpaan dengan-Nya melalui berbagai peristiwa dalam kehidupan kita.
Salah satu peristiwa yang bisa kita gunakan untuk mengenal dan makin percaya pada-Nya adalah badai hidup ini. Ya, badai hidup tak pernah bisa kita duga kehadirannya. Ia datang begitu mendadak tanpa peringatan. Badai hidup bisa merepotkan, bahkan menenggelamkan perahu kita.
Sekalipun kita merasa tahu bahwa Tuhan itu ada, itu belum cukup menolong kita untuk bisa bertahan menghadapi badai hidup. Yang dibutuhkan oleh kita agar dapat merasakan pegangan tangan-Nya adalah percaya kepada-Nya. Dan itu berarti, sama seperti Petrus, berani berkata, “Tuhan tolonglah!” Rendahkan dirimu! Jangan gunakan ego dan merasa diri kuat untuk menghadapi kekuatan gelombang kehidupan. Tangan Tuhan sebenarnya selalu terulur untuk kita gapai. Maka gapailah uluran tangan Tuhan. Maka di situlah kita akan mau melewati setiap masalah dalam hidup ini.
Oleh : Pdt. Wee Willyanto
Got something to say?