APIK (ANTI-PILIH KASIH)
Bertahun-tahun sudah GKI MY melakukan aksi “Beras Peduli Sesama”. Kegiatan berbagi beras ini telah dan masih akan terus dilakukan oleh GKI MY ke berbagai tempat di wilayah kota Bandung dan sekitarnya. Banyak pihak yang dengan senang hati menerima bantuan yang kita berikan, tetapi tetap saja ada yang menolak. Salah satu alasan penolakan yang terjadi adalah karena pihak yang dituju mengetahui bahwa pihak gerejalah yang akan memberikan bantuan. Tidak dapat dipungkiri, di tengah keberagaman yang ada di tanah air kita, masih ada sekat-sekat kecurigaan yang membatasi relasi antar pemeluk agama. Sekalipun demikian, GKI MY terus bergerak! Penolakan tidak membuat kita berhenti untuk menjalankan panggilan kita: menyatakan kepedulian terhadap sesama, tanpa pandang bulu.
Sebagai orang percaya, identitas kita tidak berhenti hanya pada simbol-simbol agama: kalung salib, gedung gereja, cara beribadah, dan lain sebagainya. Sebagai orang percaya, identitas kita yang utama justru tercermin dari sikap hidup kita sehari-hari yang harus menampakkan citra Kristus! Dalam Injil Yohanes, Tuhan Yesus berkata, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” Tanda yang penting dari kemuridan kita terletak pada cara kita mengasihi. Di dalam prosesnya, kasih Tuhan Yesus sendirilah yang menjadi teladan dan kekuatan. Kepada para murid, Tuhan Yesus berkata, “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yoh. 15:12) Ketika para murid telah mengalami pengampunan dan penerimaan Kristus, mereka pun patut menghadirkannya pada sesama yang lain. Kristus menjadi dasar kita untuk mengasihi, sebab kita pun telah pertama-tama dikasihi oleh-Nya dalam seluruh keberadaan diri kita.
Bangsa ini membutuhkan semakin banyak orang yang APIK! (Anti-Pilih Kasih). Di tengah begitu banyak hal yang berpotensi memecah-belah keutuhan bangsa dan di tengah tegapnya tembok-tembok prasangka, mari mewujudkan identitas yang sejati dari iman kita! Sekali lagi, identitas kita sebagai orang percaya bukan bertujuan untuk membuat kita terjebak pada rasa bangga yang semu atau eksklusifitas yang sempit. Sebaliknya, kita dipanggil untuk terus menjadi alat Tuhan yang mendatangkan damai sejahtera bagi sebanyak mungkin orang, apapun latar belakangnya. Teruslah mengasihi di tengah perbedaan dan sampaikanlah kasih-Nya kepada siapapun!
Oleh : Pdt. Bernadeth Florenza da Lopez
Got something to say?