HARI TUHAN adalah…

Aku pernah merasa sangat percaya diri dengan kemampuan dan usahaku. Aku berkata pada diriku sendiri, “Semua ini hasil kerja kerasku. Keberhasilan ada di tanganku.” Namun, saat badai kehidupan datang – kesulitan yang tak pernah kuduga – semua yang kubangun perlahan runtuh. Aku seperti petani yang kehilangan ladang di tengah badai. Ladangku, yang dulu subur, kini menyisakan tanah retak dan kosong.

Dalam keputusasaan, aku sadar: aku terlalu mengandalkan diriku sendiri, lupa menyandarkan hatiku kepada Tuhan. Aku merasa kuat, tetapi sesungguhnya aku rapuh. Hatiku menjauh dari-Nya, dan seperti yang dikatakan Yeremia, aku seperti pohon di tanah kering, tak berakar, dan tanpa harapan.

Saat diri merasa mampu mengendalikan semuanya, aku terjebak dalam kepongahan. Aku tak berdaya dalam badai. Satu hal tak kusangka: badai itu adalah blessing in disguise. Tuhan menghampiriku. Tangan-Nya menggenggam tanganku. Itulah Hari Tuhan!

Kini, aku paham: andalkan diri sendiri itu menghancurkan diriku dan orang lain. Itu melelahkan. Segala upaya terasa sia-sia. Putus asa menjadi nyata. Tanpa Tuhan, aku bukan apa-apa. Badai itu mengajarku sebuah makna hidup. Hari itu, dalam badai Tuhan menjumpaiku.

Aku girang. Bagaikan anak kecil yang melompat ke pelukan ayah tanpa ragu, percaya penuh bahwa dia akan menangkapku. Itulah keberanian untuk melepaskan kendali dan berserah sepenuhnya kepada Tuhan. Itulah pengalaman yang membebaskan. Lega!

Saat aku memilih bergantung pada-Nya, hatiku seperti pohon yang akarnya menjulur dalam ke sungai yang tak pernah kering. Bagaikan benang basah yang menjadi besi baja, hari itu, kurasakan ketenangan di tengah badai. Tuhan hadir dan menopangku. Itu bukan hariku, tetapi Hari Tuhan!

Wahai sang ego, wahai kepompong kepongahan segala sesuatu bukanlah karena kokohnya dirimu, tetapi karena anugerah-Nya. Pengalaman telah mengajarku bahwa kekuatan sejati adalah dari-Nya, bukan dari diriku atau dari orang lain.

Nabi Yeremia benar. Manusia itu bagai rumput yang rapuh dan mudah layu. “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia” (Yeremia 17:5). Pengalaman bersama-Nya mengukirkan itu dalam hatiku. Sandarkan hidup setiap hari pada Tuhan adalah mata air harapanku.

Jadikan setiap harimu, dan hariku, sebagai Hari Tuhan, yaitu saat Tuhan menghampiri dan menggandeng kita dengan tangan-Nya yang menyelamatkan. Hari Tuhan adalah saat aku bernyanyi dan menari-nari bersamaNya di tengah kepungan gemuruh badai tantangan dan kegelisahanku.

 

Oleh : Pdt. Albertus M. Patty


No Replies to "HARI TUHAN adalah..."


    Got something to say?

    Some html is OK