KELUARGA YANG MENGHAMBA
Bagi-bagi kuasa! Hal tersebut lumrah terjadi dalam kehidupan politik. Menggapai puncak kekuasaan memang bukan sesuatu yang mudah. Oleh karenanya, dibutuhkan kehadiran pihak-pihak lain yang ikut berjuang supaya kekuasaan bisa diraih. Saat kuasa itu akhirnya sudah ada dalam genggaman, mekanisme balas budi tentu harus berjalan. Mereka yang selama ini mendukung adalah yang berpotensi menerima untung. Setelah dibantu, waktunya membantu.
Anak-anak Zebedeus, Yakobus dan Yohanes ‘tak pelak lagi menganggap Yesus, Sang Guru sebagai calon penguasa. Bagaimana tidak, mereka telah menyaksikan bagaimana Yesus melakukan banyak mukjizat yang menakjubkan. Tidak hanya itu, di depan mata mereka sendiri, Yesus mengalami perubahan rupa dan memancarkan kemuliaan di atas gunung (Mrk 9:2-13). Walaupun telah beberapa kali Yesus memberitakan tentang penderitaan dan kematian-Nya, bayangan Yakobus dan Yohanes tentang Yesus yang kelak akan menjadi seorang penguasa politik, tampaknya jauh lebih besar! Maka, secara terang-terangan, mereka berkata, “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” (Mrk 10:37).
Apa yang membuat Yakobus dan Yohanes berani meminta hal tersebut? Apakah mereka merasakan adanya kedekatan khusus dengan-Nya? Yakobus dan Yohanes (juga Petrus), memang acapkali diajak secara khusus oleh Yesus untuk menyaksikan mukjizat-Nya. Perlu diingat juga bahwa Yakobus dan Yohanes memiliki hubungan kekerabatan dengan Yesus. Secara silsilah, Yakobus adalah kakak kandung Yohanes dan hampir dipastikan bahwa mereka berdua adalah saudara sepupu dari Yesus. Ibu mereka, Salome adalah saudara Maria. Adakah kedekatan tersebut membuat Yakobus dan Yohanes merasa yakin bahwa mereka pantas untuk ikut menikmati kemuliaan Yesus kelak? Kemuliaan yang mereka bayangkan sebagai kemuliaan versi dunia ini?
Menanggapi keinginan Yakobus dan Yohanes, Yesus berkata, “Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” (Mrk 10:43). Bagi Tuhan Yesus, kemuliaan yang sejati tidak diperoleh dari upaya dan mekanisme bagi-bagi kuasa, melainkan dari kesediaan seseorang untuk menjadi hamba dan melayani yang lain. Tentu ajakan ini terdengar naif di mata dunia! Namun, Tuhan Yesus sendiri telah menjalaninya. Kemuliaan-Nya sebagai Anak Allah adalah kemuliaan yang terpancar dari kesediaan-Nya memberi Diri dan menjadi tebusan bagi banyak orang.
Masih dalam semangat bulan keluarga, marilah kita menularkan semangat saling melayani di tengah keluarga kita masing-masing. Orang tua yang mendapat hormat yang sejati dari anak-anaknya, bukanlah orang tua yang semata-mata otoriter, tetapi orang tua yang mampu memancarkan kerendahan hati serta pemberian diri kepada anak-anaknya. Anak-anak pun perlu belajar untuk melayani, bukan hanya melulu dilayani. Marilah dalam hidup bersama, kita mengikuti teladan dan kasih Kristus yang telah nyata bagi kita semua!
Oleh : Pdt. Bernadeth Florenza da Lopez
Got something to say?