PIL PAHIT KEBENARAN!
Kebenaran memang harus ditegakkan, tetapi untuk menegakkan anda harus punya dua hal, yaitu data yang akurat dan keberanian. Tanpa kedua hal itu, kebenaran akan selalu tersembunyi. Kita akan menelisik kedua hal tersebut.
Data yang Akurat
Earthley, perusahan pengobatan alternatif yang berbasis di Ohio, USA pernah mengeluarkan informasi adanya kaitan antara vaksin dan autisme. Informasi ini menimbulkan efek ketakutan pada masyarakat. Banyak yang menolak vaksin Covid-19. Belakangan baru diketahui bahwa informasi Earthley tidak didukung data akurat. Lebih lagi, informasi palsu ini dilakukan dengan motif ekonomi yaitu agar obat produksinya laku.
Pakar kedokteran dunia segera menyanggah informasi hoax ini. Akhirnya, Earthley mencabut disinformasi yang kadung sudah tersebar. Meski demikian, masih banyak yang percaya bahwa apa yang disampaikan oleh Earthley adalah kebenaran.
Belakangan ini umat beragama sedang dicekoki ajaran bahwa sesungguhnya bumi ini datar. Mereka percaya bahwa pandangan bumi bulat adalah konspirasi besar yang dirancang oleh pemerintah dan badan-badan Antariksa dunia Barat. Meskipun ada bukti ilmiah yang kuat dan akurat serta telah diterima selama berabad-abad bahwa bumi bulat, sebagian besar kelompok ‘bumi datar’ tetap percaya bahwa bumi itu datar, bukan bulat.
Memang, dalam dunia Post-Truth, orang sering mau menerima kebenaran yang disukainya atau yang sesuai ‘mood’-nya, bukan kebenaran berdasarkan bukti dan data yang kuat.
Apa yang mau dikatakan adalah bahwa kita hidup di dalam era ‘tsunami informasi’. Ada yang benar, tetapi lebih banyak yang hoax. Tetapi apa pun itu setiap informasi selalu didukung klaim kebenarannya. Orang yang cerdas dan bijaksana akan mengujinya dengan menuntut data dan informasi yang akurat. Tetapi, banyak yang menerima informasi dengan emosi. Meski tidak logis, mereka tetap percaya. Lalu, mengklaimnya sebagai kebenaran.
Keberanian
Tidak ada gunanya data akurat tanpa keberanian mengungkapkannya. Yohanes punya data akurat dan dia berani mengungkapkannya. Saat Herodes mengambil Herodias, yang adalah istri Filipus saudaranya sendiri. Yohanes dengan berani menegornya. Kesalahan Herodes ini tidak sederhana. Bila terhadap Filipus, saudaranya sendiri, Herodes tega melakukan ketidakadilan maka dia pasti akan lakukan ketidakadilan juga kepada rakyatnya. Ini otoritarian! Apa pun dilakukan meski melanggar hukum.
Herodes memahami kekuasaan bukan untuk melayani dan mengabdi masyarakat, tetapi untuk memuaskan nafsu jahatnya. Dalam konteks sosial inilah kita pahami protes dan tegoran keras Yohanes terhadap Herodes.
Herodes marah, tetapi Herodias lebih marah lagi. Dari sini nyatalah bahwa ternyata Herodias adalah istri yang tidak setia. Tanpa diketahui Filipus, suaminya, Herodias memberi ‘green light’ pada Herodes untuk merebutnya dari Filipus. Jadi, kemungkinan Herodias berada di balik tindakan Herodes.
Kali ini pun demikian. Herodias marah karena Yohanes mengungkapkan kebenaran. Dia ingin tidak seorang pun tahu kebenaran. Dan memang, banyak yang berharap kebenaran tetap tersembunyi. Mereka sibuk menutupinya. Bangsa kita pun takut pada kebenaran. Beberapa peristiwa sejarah sengaja ditutupi. Misalnya peristiwa G-30S PKI, Kasus Trisakti dan Semanggi tahun 1998, konflik Ambon dan Poso. Kita tidak pernah tahu siapa yang bertanggungjawab dan apa yang kita perlu pelajari dari sejarah buruk bangsa kita.
Herodias yang marah ingin membunuh Yohanes. Akhir ceritanya jelas. Herodias berhasil membinasakan Yohanes melalui tangan dan kebijakan Herodes. Yohanes menelan pil pahit kerena keberaniannya mengungkapkan kebenaran. Tubuhnya mati, tetapi spirit perjuangannya untuk menegakkan kebenaran akan tetap hidup.
Hanya spirit yang berani menegakkan kebenaran inilah yang mampu menyelamatkan bangsa dan kemanusiaan kita dari kemelut dan kekacauan. Tanpa spirit ini, penindasan dan ketidakadilan memperoleh keleluasaan melahap mangsa-mangsanya.
Oleh : Pdt. Albertus M. Patty
Got something to say?