RITUS PENGENANGAN
“May there be comfort in knowing that someone so special will never be forgotten” –Julie Hebert
Orang-orang terkasih yang telah meninggalkan dunia ini senantiasa menjadi bagian dalam hati dan kehidupan kita. Sekalipun kita tidak lagi dapat berjumpa, mengenang orang-orang yang telah lebih dahulu pergi dapat menjadi cara untuk merayakan kehidupan dan teladan yang mereka tinggalkan. Dalam kehidupan persekutuan, mengenang orang-orang yang telah pergi juga menjadi tanda keterhubungan kita satu dengan yang lain. Kehadiran setiap pribadi membawa makna dan mengenang mereka menjadi wujud persekutuan kasih yang tetap hadir di dalam dan melalui Kristus.
Minggu Kristus Raja adalah hari terakhir dalam satu tahun kalender liturgi. Minggu depan, kita akan masuk pada tahun liturgi yang baru, yang dimulai dengan Minggu Adven I. Pada Ibadah Minggu Kristus Raja, akan dilakukan ritus pengenangan. Dalam ritus pengenangan, akan ditayangkan nama-nama anggota jemaat yang telah meninggal di antara Minggu Kristus Raja tahun lalu hingga Minggu Kristus Raja tahun ini. Di lingkungan GKI, ritus ini sudah akrab digunakan dalam persidangan-persidangan lingkup Sinode Wilayah dan Sinode yang menyelenggarakan momen In Memoriam dalam setiap pembukaan persidangan. Mulai tahun ini, GKI Maulana Yusuf mengikuti arahan dari Komisi Liturgi dan Musik Sinode Wilayah Jawa Barat (KLMSW) untuk mengadakan ritus pengenangan secara komunal dalam Ibadah.
Menjadi penting untuk ditegaskan bahwa ritus pengenangan bukanlah cara untuk mendoakan mereka yang telah meninggal, melainkan momen untuk mengenang bagaimana karya kasih Allah nyata dalam kehidupan orang-orang yang telah mendahului kita. Menyaksikan karya kasih Allah dapat menjadi bentuk peneguhan, penguatan, dan penghiburan bagi keluarga-keluarga yang ditinggalkan. Perpisahan pasti menimbulkan kesedihan, tetapi kenangan yang dirayakan dapat menjadi sumber kekuatan dan inspirasi untuk terus melanjutkan kehidupan.
Selain bentuk pastoral bagi keluarga yang berduka, ritus ini juga menjadi bentuk peneguhan bahwa Kristus adalah Raja yang berkuasa atas mereka yang hidup maupun yang mati. Demikianlah Tuhan Yesus berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup. Siapa yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” (Yohanes 11:25). Keyakinan bahwa Kristus berkuasa atas kehidupan dan kematian, mendorong kita untuk senantiasa menyerahkan hidup kita kepada-Nya, serta percaya bahwa orang-orang yang memelihara imannya dalam Kristus akan mengalami persekutuan di dalam Dia, bahkan ketika kehidupan di dunia ini telah berakhir.
Saat kita melakukan ritus pengenangan, kita pun diingatkan akan kerentanan dan keterbatasan hidup kita masing-masing. Hal ini mendorong kita untuk hidup dengan lebih penuh, mencintai dengan lebih dalam, dan menghargai setiap momen bersama dengan orang-orang yang masih ada di sekitar kita. Kesempatan yang kita miliki amatlah terbatas. Untuk itu, marilah kita hidup mengikuti tuntunan Kristus, Sang Raja yang Setia, agar kehidupan kita mampu menjadi wujud kasih dan kebaikan Tuhan bagi orang-orang di sekitar kita. Kiranya perayaan liturgi yang dilakukan melalui ritus pengenangan dapat memperteguh iman dan kesaksian kita, baik sebagai pribadi, keluarga, maupun sebagai keluarga besar GKI Maulana Yusuf. Tuhan memberkati.
Oleh : Pdt. Bernadeth Florenza da Lopez
Got something to say?