KELUARGA YANG MEMILIKI UCAPAN SYUKUR
Sepasang suami dan istri sedang mengalami banyak pergumulan di tengah keluarga mereka. Merasa segala sesuatu terjadi berturut-turut, sang suami merenung lalu mengambil pena dan menulis: “Tuhan, tahun lalu, saya harus dioperasi untuk mengeluarkan batu empedu. Saya harus terbaring cukup lama di ranjang. Di tahun yang sama, saya berusia 60 tahun dan harus keluar dari pekerjaan di perusahaan percetakan yang begitu saya senangi dan yang sudah saya tekuni selama 30 tahun. Di tahun itu pula, saya ditinggalkan Ayah tercinta. Masih di tahun yang sama, anak saya gagal di ujian akhir kedokteran karena kecelakaan mobil. Biaya bengkel yang membengkak akibat kerusakan mobil juga adalah bentuk kesialan di tahun itu. Sungguh Tuhan! Betapa tahun yang sangat buruk!“
Sang istri kemudian masuk ke ruangan dan menjumpai suaminya yang sedang sedih dan termenung. Dari belakang sang istri melihat tulisan sang suami. Perlahan-lahan ia mundur dan keluar dari ruangan. Lima belas menit kemudian, sang istri kembali masuk lalu meletakkan sebuah kertas berisi tulisan sebagai berikut: “Tahun lalu akhirnya saya berhasil menyingkirkan batu empedu yang selama bertahun-tahun membuat perut saya sakit. Tahun lalu saya bersyukur bisa pensiun dengan kondisi baik dan sehat. Sekarang saya bisa menggunakan waktu saya untuk melakukan banyak hal yang tidak bisa saya lakukan sebelumnya. Pada tahun yang sama, Ayah saya yang berusia 95 tahun menghadap Engkau tanpa kondisi kritis. Dan di tahun itu juga, Tuhan melindungi anak saya dari kecelakaan yang hebat. Mobil kami memang rusak parah akibat kecelakaan itu, tapi anak saya selamat tanpa luka serius. Tahun itu adalah tahun yang penuh limpahan rahmat Tuhan yang luar biasa dan kami lalui dengan takjub”. Membaca tulisan sang istri, hati sang suami terasa hangat dan ia pun tersadar dari aneka keluhannya.
Dalam ilustrasi di atas, pasangan suami dan istri tersebut mengalami peristiwa yang sama. Meskipun demikian, keduanya memiliki cara pandang yang berbeda. Rasa syukur membuat sang istri tetap mampu untuk melihat karya dan kebaikan Tuhan di tengah kehidupan mereka, bahkan dalam saat-saat sulit sekalipun.
Betapa pentingnya bagi kita untuk memiliki rasa syukur di tengah-tengah keluarga. Bersyukur membuat kita menjadi lebih kuat dalam menghadapi aneka kesulitan dan tantangan. Sejatinya, rasa syukur bukanlah sekadar luapan emosi atau perasaan. Rasa syukur adalah sebuah keputusan dalam diri seseorang. Keputusan untuk apa? Keputusan untuk tetap mengasihi Tuhan, apapun yang terjadi; keputusan untuk tetap percaya pada kebaikan-Nya sekalipun kita tidak sepenuhnya mengerti dan memahami kehendaknya. Rasa syukur adalah tanda kerendahan hati sekalipus keberserahan kita di hadapan Allah, Sang Pemilik dan Pemelihara Kehidupan. Mari menghadirkan rasa syukur yang sejati itu di tengah-tengah keluarga kita.
“Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya. Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, dan keadilan-Nya tetap untuk selamanya.” (Mazmur 111:1-3)
Oleh : Pdt. Bernadeth Florenza da Lopez
Got something to say?