Kenangan yang Menginspirasi Masa Depan
Manusia diciptakan Tuhan dengan kemampuan untuk mengingat dan mengenang berbagai peristiwa. Ada begitu banyak hal dalam kehidupan kita yang tentu mampu kita kenang, baik peristiwa yang menyenangkan maupun sebaliknya. Kenangan-kenangan tersebut menjadi tanda sebuah perjalanan hidup, dan biasanya melibatkan juga orang-orang lain di sekitar kita. Semakin dekat hubungan kita dengan seseorang, semakin kuat kenangan antara kita dengannya.
Kenangan memang berkaitan dengan sesuatu yang telah terjadi di masa lalu. Meskipun demikian, tidak jarang, kenangan juga dapat menjadi penggerak bagi seseorang untuk melakukan sesuatu di masa depan. Sebagai contoh, dalam upacara bendera biasanya ada waktu yang dikhususkan bagi para peserta upacara untuk ‘mengheningkan cipta’. Pada saat itu, para peserta diajak untuk mengenang kembali perjuangan yang telah dilakukan oleh para pahlawan demi mewujudkan kemerdekaan bangsa. Pengenangan itu tentu saja bertujuan agar kita yang hidup di saat ini lebih menghargai arti kemerdekaan dan mampu mengisi kemerdekaan tersebut dengan hal-hal yang bermanfaat dan membangun.
Pada saat Perjamuan Malam terakhir, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,“Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Lukas 22:19). Meskipun secara fisik Yesus nantinya tidak akan ada lagi bersama-sama dengan para murid, Ia ingin kehadiran-Nya terus dirasakan dan dikenang melalui peristiwa Perjamuan Kudus. Tidak hanya itu, mengenang Yesus bagi para murid berarti dipanggil untuk menjadikan teladan kehidupan Yesus inspirasi bagi kehidupan mereka ke depan. Sama seperti Yesus telah memberikan hidup-Nya bagi keselamatan dunia, demikianlah para murid juga dipanggil untuk memberikan hidup mereka bagi karya keselamatan Allah. Kasih, kebenaran, keadilan yang telah dinyatakan oleh Yesus dalam kehadiran-Nya di tengah dunia, itu pulalah yang menjadi dasar bagi sikap pelayanan para murid selanjutnya. Mengenang pribadi Yesus dan karya-Nya tidak hanya berarti menengok pada masa lampau, tetapi menjajaki masa depan bersama-sama dengan kuasa-Nya.
Setiap kita menerima undangan Perjamuan Kudus, yang kita yakini berasal dari Tuhan sendiri, kita dipanggil untuk mengingat betapa besar kasih Kristus bagi dunia. Roti yang terpecah dan anggur yang tercurah melambangkan pengurbanan yang Ia lakukan bagi kita. Namun, sekedar mengenang luka-luka dan penderitaan yang harus Ia tanggung di atas kayu salib belumlah cukup. Karya Kristus yang kita kenang lewat Perjamuan Kudus harus juga menjadi kekuatan bagi kita untuk melangkah ke depan dan meneruskan karya cinta kasih-Nya. Perjamuan Kudus tidak hadir hanya untuk membuat kita merasa terharu dan berterima kasih, tetapi juga membuat kita merasa kuat dan berani melakukan hal-hal yang seharusnya kita lakukan sebagai pengikut Kristus. Mengikuti Perjamuan Kudus berarti menyatakan komitmen kita untuk terus setia menjadi saksi-saksi Kristus di masa kini, dalam lingkup kehidupan kita masing-masing. Marilah menyambut undangan Tuhan untuk mengenang akan Dia. Marilah mempersiapkan diri kita dalam doa dan pemeriksaan diri. Tuhan memberkati. Amin.
Pdt. Bernadeth Florenza
Got something to say?