TIKKUN OLAM

Yohanes Pembaptis pernah membayangkan Mesias hadir membawa perubahan besar: membongkar ketidakadilan, menghukum orang fasik, dan memulihkan dunia dengan cara yang sangat dramatis. Yohanes membayangkan revolusi yang cepat dan total.

Tetapi dari dalam penjara, ia mendengar tentang Yesus yang berkarya berbeda: menyembuhkan orang-orang sakit, memulihkan yang terpinggirkan, dan mengabarkan kabar baik kepada orang miskin (Matius 11:2-11). Bukan revolusi besar, melainkan tindakan kasih yang sederhana, konkret, dan perlahan.

Di situ, muncul pertanyaan getir yang ia kirimkan kepada Yesus: “Engkaukah yang akan datang, atau haruskah kami menantikan yang lain?”

Pertanyaan itu lahir dari kekecewaan seorang pejuang moral yang berharap dunia diperbaiki secara instan. Namun, Kerajaan Allah sering bekerja dalam cara yang berbeda dari harapan manusia: bukan menghancurkan, tetapi menyembuhkan; bukan menaklukkan, tetapi memeluk.

Undangan Memulihkan Dunia
Tradisi Yahudi menyebut visi ini sebagai Tikkun Olam, tugas memulihkan dunia yang rusak. Tikkun Olam bukan sekadar slogan ideal, tetapi panggilan etis: merawat ciptaan, membela yang rapuh, dan memulihkan tatanan sosial demi kehidupan yang lebih adil. Namun Tikkun Olam tidak selalu dimulai dari kebijakan besar atau tindakan heroik, melainkan dari kehadiran yang setia, belas kasih yang nyata terhadap sesama, dan tanggung jawab yang dijalani setiap hari.

Banjir bandang di Sumatera dan Aceh mengingatkan bahwa kerusakan dunia bukan hanya akibat alam, tetapi buah dari pilihan manusia: pembalakan liar, korupsi, pembiaran, dan keserakahan yang normalisasinya dibungkus kemajuan. Ketika bumi menangis, sebenarnya ia sedang mencerminkan kerusakan moral-spiritual bangsa.

Mulai dari Langkah Kecil
Di tengah tragedi itu, Yesus memanggil kita bukan untuk menunggu perubahan besar, tetapi untuk ikut serta dalam pemulihan bangsa. Mulailah dari langkah kecil yang menyelamatkan hidup: mengulurkan tangan, membangun solidaritas, menata ulang cara hidup, dan menuntut tanggung jawab dari mereka yang memegang kuasa.

Tikkun Olam adalah undangan Kristus untuk berjalan bersama-Nya memperbaiki dunia, meski perlahan, meski tampak remeh. Sebab Kerajaan Allah tumbuh dari kesetiaan kecil yang tidak terlihat, tetapi membawa harapan bagi mereka yang paling terluka.

Kiranya banjir ini tidak hanya membangunkan empati, tetapi membangun-kan pertobatan ekologis dan komitmen etis para elite politik dan oligarkis serta para pimpinan agama yang selama ini abai terhadap kelanjutan bumi ini. Kita semua, terutama yang merasakan penderitaan akibat bencana banjir bandang kemarin, sedang berharap hidup mereka dan dunia ini segera diperbaiki dan dipulihkan. Mari kita semua mengambil bagian dalam pemulihan dunia.

 

Oleh : Pdt. Albertus M. Patty


No Replies to "TIKKUN OLAM"


    Got something to say?

    Some html is OK